Diskusi perhimpunan Indonesia Tionghoa " ANCAMAN HOAX DAN UJARAN KEBENCIAN BAGI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA "

Skrinews - Jakarta,
di era abad 21 ini kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan teknologi informasi ( internet ) membawa manusia menuju zaman yang serba mudah dan saling koneksi satu sama lain di seluruh dunia seakan-akan tanpa batas ( globalisasi/deteritorialisasi ) dalam membeli kebutuhan primer, sekunder sampai tersier, manusia zaman sekarang cukup menyalakan komputer, lalu terhubung dengan internet dan bisa membeli barang-barang kebutuhannya dengan sangat mudah. Beberapa tahun lalu terakhir ini bahkan cukup melalui satu buah smartphone atau HP pintar.

Beberapa tahun terakhir ini lahirlah fenomena sosial media seperti Facebook, Twitter, Instragram,path, Snapchat dll. Sosial ini menghubungkan orang di seluruh dunia dengan sangat mudah kita bisa saling berkomunikasi menulis artikel mengunduh foto mengunduh video mengungkap pendapat bertukar informasi mendapat berita dalam waktu hitungan detik sampai berbisnis berdagang secara online bahkan sampai mencari jodoh.

Revolusi komunikasi yang terjadi di dunia ini mempunyai manfaat yang luar biasa tetapi di sisi lain belakangan kita bisa melihat dan merasakan akses negatifnya ada fenomena HOAX ( berita bohong dan tidak dapat dipertanggungjawabkan ) serta speech of hate ( ujaran kebencian ) membuat polarisasi yang luar biasa di masyarakat. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Sosial media yang tadinya sifatnya untuk silaturahmi dan untuk bergembira, sekarang menjadi senjata ampuh untuk mengadu domba masyarakat dengan HOAX dan ujaran kebencian untuk berbagai kepentingan baik bisnis maupun politik yang tadinya berteman menjadi bermusuhan,saling curiga, menjaga jarak,saling tidak percaya, sentimen suku, Agam dan ras ( SARA ) menjadi hal yang sering didengungkan lagi. Ideologi-ideologi radikal dari luar juga dapat masuk dengan mudah ke Indonesia.

Fenomenal ini mulai terasa ketika di mulainya pilkada DKI JAKARTA 2017. HOAX dan ujaran kebencian betul-betul di mainkan di sosial media apalagi ketika terdapat momen sebuah event politik di satu negara seperti Indonesia, Amerika dan juga negara-negara Eropa sosial media menjadi senjata ampuh untuk membelah dan mengadu domba masyarakat.

Jika di biarkan terus menerus dan tidak dilakukan tindakan hukum yang tegas oleh aparat bukan tidak mungkin terjadi hal-hal yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Benturan horizontal di akar rumput   (masyarakat bawah) dapat terjadi dengan mudah karena kondisi heterogenitas masyarakat Indonesia, isu-isu SARA dapat memancing dengan mudah benturan tersebut apalagi sebentar lagi akan di gelar pilkada 2018 di 171 kabupaten,kota provinsi dan pilpres serta pileg 2019 yang di gelar serentak.bukan benturan saja ancaman disintegrasi dan separatis juga semakin menguat karena HOAX dan ujaran kebencian membuat masyarakat menjadi intoleran satu sama lain dan membuat berjarak kepada pribadi-pribadi yang berbeda suku, agama,ras, pilihan politik sampai ideologi.

Penegakan hukum yang tegas adalah satu satunya jalan yanvg ampuh untuk menjaga kondusifitas Negara jika kelompok-kelompok kecil yang radikal ataupun orang yang mencari uang dari menjual jasa HOAX ataupun ujaran kebencian di sosial media tidak cepat di tangkap maka disintegrasi ataupun benturan di grass root cepat atau lambat tidak dapat dihindarkan. Penangkapan yang dilakukan POLRI kepada kelompok-kelompok seperti MCA ataupun Saracen sudah tepat harus tegas dan cepat karena masih banyak di ku sana kelompok-kelompok seperti itu...


By. Jerry