Soeharto Menorehkan Tinta Emas Pada Buku Sejarah Perjalanan Indonesia

SKRINEWS.COM  –Setiap kepemimpinan tentu memiliki kelemahan dan keunggulan pada masanya, tidak terkecuali dengan kepemimpinan Soeharto, era orde baru.

Apalagi di era kepemimpinan Soeharto adalah masa transisi, awal kemerdekaan, masa awal dimana bangsa Indonesia harus mulai berbenah, move on dari hancur lebur pada semua sendi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, dikarenakan bangsa Indonesia baru usai dari perang yang amat panjang, perang yang menyebabkan terjadinya krisis pada semua lini bernegara.

Tercatat di banyak artikel, Indonesia mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 650 persen di awal orde baru. Tentunya dengan demikian, maka, banyak kebijakan di awal kepemimpinan yang harus menyesuaikan dengan situasi di Indonesia kala itu, terutama menyangkut keamanan, ketertiban dan stabilitas politik. Negara Indonesia baru akan bisa maju dan berkembang jika sektor krusial tersebut bisa diatasi terlebih dahulu, dan Soeharto paham betul akan hal tersebut.

Pola penekanan arah kebijakan yang terukur, tertakar, diperlukan untuk menentukan arah perjalanan bangsa, sehingga kemudian pemerintah merumuskan dan menetapkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara) sebagai rel arah pembangunan negara, move on dan on progres, tepat.

Orba sejak tahun 1988 mulai mengubah arah kebijakannya, dari penekanan pada stabilitas politik negara, menuju ke arah pembangunan yang berazaskan kedalian bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah pada saat itu sadar betul bawah partisipasi masyarakat mayoritas, khususnya masyarakat Islam dan pribumi amat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan nasional.

Atas dasar itu maka dibuka lah kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia, mayoritas Islam dan pribumi mendapat kesempatan yang layak sebagai rakyat dan pemilik sah negara Indonesia. Hal demikian itu secara signifikan mampu mendorong percepatan pembangunan, ekonomi Indonesia berkembang dengan pesat.

Mengacu pada data, pertumbuhan ekonomi Indonesia pertahun mengalami kenaika signifikan, dari sebelumnya pada tahun 1987 pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 persen, pada tahun 1988 mulai menampakan peningkatan menjadi 6.2 persen, dan terus mengalami lonjakan per tahunnya hingga puncaknya pada tahun 1995 dan 1996, mencapai 8,3 persen.

Peningkatan ekonomi Indonesia ini menjadi sorotan negara-negara di dunia, bahkan menurut perdana mentri Singapura, Lee Kwan Yew, tahun 2010 Indonesia dapat dipastikan akan menjadi negara maju.

Perubahan total kebijakan Suharto sejak 1988 menghasilkan dampak yang luar biasa pada percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Kesejahteraan masyarakat meningkat, terutama bagi umat Islam dan rakyat pribumi.

Hal demikian itulah yang pada intinya berhasil mendorong bergairahnya masyarakat secara keseluruhan untuk bahu membahu, ikut serta bersama pemerintah untuk mendukung canangan program pembangunan nasional.

Disamping itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dikarenakan setiap program pembangunan pemerintah tersusun, terencana, dengan baik, sehingga hasilnya dapat terlihat secara konkrit. Diantaranya, Indonesia mampu mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar di dunia, menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras)

Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menjadi prioritas Suharto. Perencananaan pembangunan berjalan tepat sasaran. Pada pertengahan pemerintahan Soeharto, orde baru, Indonesia mulai menuju era moderen, hal tersebut ditandai dengan kebijakan ekonomi pemerintah yang mengarah menuju sektor industri.

Tercatat, sejak 1988 ekonomi Indonesia berkembang pesat. Banyak kalangan, baik pengamat ekonomi dunia maupun pemimpin negara dunia mengatakan Indonesia bakal menjadi negara maju dalam sektor industri, menyusul Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

Tantunya dengan laju peningkatan ekonomi yang baik itu maka akan berdampak secara langsung juga pada sektor sektor lain yang sebelumnya menjadi masalah besar bagi Indonesia, diantaranya ; terjadi peningkatan jumlah partisipasi pendidikan dasar yang tinggi dan juga terjadi penurunan pada angka tingkat kematian bayi.

Rangkaian paparan di atas hanya sekelumit dari apa yang telah diperbuat Soeharto di masa orde baru, sehingga tidak salah jika negara memberikan predikat bapak pembangunan bagi sosok Soeharto.

Kiranya sudah semestinya, dengan hati dan fikiran yang jernih kita dapat menimbang, setelah dua puluh tahun berlalu sejak turunnya beliau sebagi pemimpin bangsa ini, faktanya, belum ada pemimpin di negeri ini yang mampu menyamai capaian pembangunan yang telah di torehkan Soeharto dengan tinta emas pada buku sejarah Indonesia.
Sebab itu, mari bersama kita berbesar hati, meluruskan pikiran, menjernihkan hati, menjauhkan diri dari ikut larut dalam carut marut opini yang tidak benar. Mengungkit-ungkit kekurangan yang terjadi pada masa kepemimpinan pak Harto hanya akan semakin menjadikan kita bangsa yang kerdil, terperosok menjadi bangsa yang tak tahu bagaimana cara berterima kasih.

Apalagi jika kemudian kita terpengaruh dengan opini sesat sekelompok orang yang memanfatkan kekurangan pemerintahan pada masa kepemimpinan Soeharto sebagai komoditi politik untuk mendongkrak popularitas pribadi maupun partainya, sungguh, yang demikian itu adalah perwujudan dari mentalitas kerdil dan sesungguhnya yang demikian itu bukanlah cerminan kepribadian masyarakat Indonesia.

(Awd)