Skrinews - Pancasila (juga) adalah candu
suaraindonesia1
-
11/10/2019 10:22:00 AM
Oleh : Azman asgar
Skrinews.com
Bagi pecinta literasi, tetunya pernah berselencar dalam alam pikir yang fenomenal sekaligus kontroversial dari seorang Filsuf berkebangsaan Jerman Karl Marx, yang dengan kritis menulis _Die religion...ist das opium de volkes_ dalam tulisan pembuka _A contribution to the critique of Hegel's philosphy of Right_ milik Marx (1843).
Anggapan "Agama adalah candu" dari seorang Marx langsung membuat riuh perdebatan sampai saat ini.
Dalam ruang lingkup filsafat, anggapan _Die religion ist das opium de volkes_ atau agama adalah candu tidak selalu bisa dibenarkan dan tidak pula selalu disalahkan. Sebab, dalam teori filsafat dasar, sebuah Konsep _(Logos)_ tidak boleh dilepaskan dari konteks keberadaan dimana teori itu lahir. Sehingga hanya ruang kebijaksanaanlah yang tepat kita pakai untuk "menghakimi" pikiran Marx itu sendiri, Pun dengan pikiran tentang Pancasila adalah candu.
Tulisan ini tidak hendak mengupas tuntas pikiran Marx tentang Agama adalah candu (sebab argumen itupun masih lemah), tapi hendak "membela" cara berfikir Marx kala itu dalam melihat realitas lewat metode pendekatan cara berfikir kita (sebagai warga negara) dalam mengkritik ideologi yang begitu disakralkan oleh negara di atas basis realitas yang ada.
Barangkali, kita sudah harus lebih berani berfikir radikal dalam mengkritik penyelewengan Pancasila oleh negara. Negara sudah terlanjur mensakralkan Pancasila menjadi sebuah idelogi yang tidak boleh lagi ada tafsiran berbeda selain tafsiran negara. Jikalau pun ada tafsiran lain, maka buru-buru dimasukan dalam urusan pembinaan BPIP (badan pembinaan ideologi Pancasila) dan atau segera mendapat gelar baru yakni kelompok radikal yang anti terhadap Pancasila.
Melihat realitas yang disuguhkan kepada kita sebagai warga negara, tidak ada salahnya anggapan bahwa Pancasila juga telah menjadi Candu Masyarakat Indonesia.
Benar saja, saat negara mencoba mempertahankan _status-quo_ nya sebagai pelayan bisnis semata, Pancasila selalu menjadi tameng negara dalam menghadapi dan memberangus pikiran kritis yang mengarah langsung pada jantung kekuasaan.
Mandegnya pertumbuhan ekonomi cukup dipulihkan saja dengan pidato Pancasila, maraknya aksi rasialisme cukup didamaikan saja dengan slogan "saya Pancasila" atau "Kita Pancasila", sementara kemiskinan dan ketidak adilan sebagai sumber masalah tidak pernah dibereskan.
Semua menjadi sebuah ilusi, pun dengan Pancasila, tidak lebih dari sekedar obat penenang dari kemiskinan yang semakin timpang, Pancasila dianggap sebagai penggugur dosa negara, sehingga apa saja dilakukan negara terhadap rakyatnya sudah dianggap hal yang lumrah, biarkan Pancasila yang akan membersihkan semua dosa itu.
Saat kebutuhan dasar sudah tidak dapat di akses, lapangan pekerjaan sudah tidak tersedia, tanah sebagai alat produksi terus dirampas, maka konflik horizontal pun menjadi konsekuensi dari itu semua, lagi-lagi negara hadir mendamaikan atas nama Pancasila.
Bangsa ini memang bangsa yang kehilangan identitasnya. Mengkritik sekularisme tapi justru mempraktikkan gaya sekular, mengkritik Liberalisme tapi justru nyaman dengan liberalisme, mengkritik Neoliberalisme malah terus-terusan menyerahkan leher bangsa sendiri ke lembaga donor yang mendikte, menggaungkan Nasionalisme malah sibuk urus cadar, cingkrangan, bikini, hak atas keyakinan, sampai urusan selangkangan warga negaranya, kita hidup dalam kepura-puraan sebuah negara.
Negara berhenti memanipulasi itu semua atas nama Pancasila, jangan marah kalau gerakan sektarian yang menampakan diri sebagai penentang demokrasi dan Pancasila muncul dipermukaan, sebab Pancasila hanya ada di Istana kepresidenan tidak sampai ke pabrik-pabrik, ke pematang sawah, ke pasar-pasar, ke rumah sakit, ke sekolah-sekolah dan ke permukiman kumuh sisa kerakusan kaum mapan.
Negara Pancasila itu tidak membunuh warganya sendiri, tidak menaikan iuran BPJS (bahkan menggratiskan) kesehatan, memberi rasa nyaman, aman, adil dan mensejahterakan rakyatnya. Itu sebab Pancasila bukan hanya bermain dalam wilayah ide, tapi berada di lapangan praksis sebagai sebuah filosofi.
Berharap tulisan ini tidak langsung disimpulkan sebagai sebuah pandangan yang sesat pikir atau usaha penulis untuk melenyapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Sepertihalnya Marx mengkritik pemuka agama pada abad 19, tulisan ini bukan hendak menyalahkan Pancasila, tapi mau membongkar kebusukan penyelenggara negara dalam mempraktikkan Pancasila sebagai azas dasar berbangsa dan bernegara.
Pancasila sudah harus dimenangkan di wilayah ide dan praktik, tidak lagi menjadi candu atas kegagalan negara, Pancasila harus bisa ditafsirkan kembali oleh ideologi besar yang mempengaruhi eksistensinya, baik Marxisme, Agama (Islamisme) dan Nasionalisme. Itulah akar kemunculan Pancasila itu sendiri, tidak boleh ada otoritas tafsiran atasnya. Menghilangkan tafsiran salah satunya, samahalnya mengamputasi kerevolusioneran Pancasila itu sendiri.
Tugas memenangkannya ada di pundak seluruh rakyat Indonesia, dengan jalan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, baik potensi sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya yang punya visi kemandirian, kedaulatan dan kepribadian nasional.
Menangkan Pancasila !!
Penulis adalah : Ketua Komite Pimpinan Kota Partai Rakyat Demokratik Palu
Postingan Populer
-
SBD,SuaraIndonesia1.Com,Telah terjadi musibah kebakaran yang menimpa warga desa Mali iha kecamatan Kodi Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tengg...
-
Salah satu penerima manfaat RLH 2023 hingga 2024 haknya belum diberikan oleh pemerintah desa waitaru SBD - SuaraIndonesia1.Com, Kementerian ...
-
Tamiang Hulu- Suaraindonesia1com--Tak Terima Namanya Dicatut Dan Dipalsukan Tanda Tangannya 2 (dua) Warga Desa Bandar Setia Dusun Karang R...
-
Tamiang Hulu- Suaraindonesia1com- Terkait Pemberitaan Pemalsuan Tanda Tangan 2 (dua) Warga Bandar Setia Dusun Karang Rejo Yang Berinisial S...
-
Nasional-Skrinews.Com.Bitung. Seiring terjadi Kejadian perkelahian antar kampung tinombala atas dan bawah, kecamatan maesa, kelurahan p...
-
GOWA - JAKARTA | SKRINEWS. COM/ Dalam rangka mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan, "Alumni dari SMA Salis angkatan 85 Sung...
-
SBD,SuaraIndonesia1.Com,Program pemasangan meteran listrik gratis untuk masyarakat kurang mampu di Desa WeeKabala, Kecamatan Loura Sumba Bar...