Nasional,Suarabindonesia1
Sorong - Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong Menyelenggarakan kegiatan lokakarya sekaligus meluncurkan Proyek Pengelolaan Bersama perikanan Puri ( Teri ) dan Perbaikan Mata Pencaharian Masyarakt Setempat di Distrik Misool Selatan,Kabupaten Raja Ampat,Propinsi Papua Barat.Proyek ini akan berlangsung melalu kemitraan erat dengan pemerintah daerah,UKIP dan Food and Agricultural Organization (FAO),Serta para pihak dan masyarakat setempat di Misool Selatan.
FAO melalui UKIP mendukung program prioritas pemerintah dan daerah khususnya dalam upaya melestarikan stok perikanan dan penguatan pengelolaan perikanan untul menjaga ketahanan pangan nasional serta keberlanjutan penghidupan masyarakat nelayan.
Dalam sambutannya,Rektor UKIP dr.Sophian Andi ,M.Pd.K mengatakan bahwa UKIP Sorong melalui kerjasama dan dukungan dari FAO membantu pemerintah propinsi Papua Barat khususnya Dinas Kelautan dan perikanan propinsi untuk dapat mengelola perikanan puri ini demi menjamin berkelanjutannya perekonomian dan kesejahtraan masyarakat dan sumberdaya perikanan di Misool selatan,serta berharap melalui lokakarya ini akan dicapai kesepakatan bersama untuk mendorong pengelolaan yang bersifat kolaboratif perikanan puri yang berkelanjutan. UKIP mendukung sepenuhnya pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan termasuk sumberdaya ikan puri untuk melindunginya dari kepunahan dan mempertahankan keanekaragaman biologi untuk memelihara keseimbangan ekosistim agar supaya kita dapat memanfaatkan layanan ekosistem secara berkelanjutan,ujar rektor.
Hadir juga dalam acara tersebut ,Senior fisheries Resorces Officer FAO of United Nation,Dr.Rishi Sharma secara virtual dari Roma,yamg memberikan sambutan dan pemghargaan kepada mitra dan pemerintah daerah Propinsi Papua Barat,Khususnya DKP Propinsi Papua Barat yang mendukung upya pengelolaan perikanan berkelanjutan di Propinsi tersebut melalui kolaborasi dan kemitraan.Dr. Sharma sudah terlibat dalam penelitian puri perikanan di Misool Selatan bersama Tim Peneliti UKIP sejak tahun 2017 lalu.
Dr. Sharma berharap kegiatan ini dapat mewujudkan pengelolaan perikanan puri secara kolaboratif yang melibatkan Masyarakat Nelayan di Misool selatan,serta pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah,pihak swasta dan masyarakat setempat ada membahas strategi pengelolaan melalui diskusi-diskusi yamg akan di fasilitasi melalui proyek ini.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Papua Barat ,jacobis Ayomi M.Si, di Hotel City View Sorong.
Dalam sambutannya Jacobis menyampaikan bahwa pemerintah Propinsi Papua Barat menyambut baik serta memberikan apresiasi kepada FAO melalui UKIP Sorong Indonesia atas pelaksanaan proyek ini yang akan berlangsung hingga tahun 2022.
"Pengelolaan semua jenis ikan (termasuk ikan teri atau puri ) adalah penting bagi kesejahteraan masyarakat,perekonomian bangsa,dan terjaganya Ekosistem perairan .Bagi Masyarakat,ikan puri adalah sebagai bahan makanan (sumber protein) dan sebagai sumber pendapatan (baik nelayan tradisional maupun pedagang ikan).Bagi perekonomian ,nelayan bisa mendapatkan penghasilan dengan menjual ikan puri ; Industri perikanan ikan cakalang berkontribusi pada pendapatan masyarakatbdan negara.Bagi Ekosistem perairan,ikan puri memberikan jasa ekosistem yang sangat penting yaitu sebagai penyangga stok ikan pelagis ".
Ikan puri adalah spesies ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol dan hidup di habitat yang memiliki banyak fitoplankton sebagai sumber makanannya,biasa terdapat di terumbu karang dan padang lamun yang subur .Ada beberapa perairan di Papua Barat yang menjadi karakteristik ekosistem seperti ini,salah satunya perairan Distrik Misool Selatan ,yang menjadi pusat penangkapan ikan umpan oleh industri perikanan cakalang.
Peningkatan permintaan pasar yang terus meningkat akan ikan puri baik sebagai bahan makanan dan sebagai ikan umpan dan berpotensi mengurangi stok ikan puri. Penangkapan dengan bagan yang berukuran besar dengan intensitas cahaya sangat tinggi telah dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan masyarakat.
Masalahnya sekarang adalah,jumlah bagan semakin banyak, dan daerah penangkapan bagan tidak diatur bahkan dilakukan di zona larang tangkap kawasan konservasi, serta belum adanya mekanisme pelaporan hasil tangkapan yang baik.
Apabila kondisi ini tidak diatur maka akan mengakibatkan jumlah stok ikan puri semakin sedikit, dan dampak ekologi lainnya, serta mempengaruhi kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu sangat perlu dilakukan pengelolaan perikanan puri untuk menjamin berkelanjutan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, dan sumberdaya perairan di Misool Selatan. Kedepannya Jakobis mengharapkan wilayah pengelolaan dapat diperluas dan meliputi seluruh Distrik di Provinsi Papua Barat yang menjadi lokasi utama daerah penangkapan ikan puri.
Selanjutnya Dr. Stephanus Mandagi, selaku Project Leader dalam proyek ini memaparkan tentang Langkah-langkah pengelolaan (management measures) yang ideal dimana sudah tercantum dalam Rencana Pengelolaan Perikanan Puri (RPP) Perikanan puri yang sudah ditetapkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi. Langkah-langkah tersebut merupakan pilihan-pilihan yang dapat diterapkan dalam mewujudkan pengelolaan perikanan puri secara berkelanjutan melalui kolaborasi para pihak.
Dr. Mandagi mengatakan bahwa mengurangi minimal satu hari dalam satu bulan penangkapan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam regenerasi stok, selain itu kepatuhan nelayan puri untuk tidak menangkap ikan dalam Kawasan-kawasan larang ambil (No take zone) juga merupakan pilihan Langkah pengelolaan yang dapat mendukung kelestarian stok. Langkah pengelolaan yang melibatkan nelayan untuk melaporkan hasil tangkapan juga merupakan pendekatan yang bijaksana untuk memantau jumlah pemanfaatan perikanan sehingga dapat memberikan informasi kepada pengelola perikanan melalui akademisi dalam mengendalikan laju pemanfaatan.
Disampaikan juga oleh Dr. Mandagi bahwa tujuan dari proyek ini adalah untuk memastikan stok perikanan puri yang lestari serta dapat menjamin mata pencaharian nelayan dan industri perikanan cakalang di Misool Selatan yang berkelanjutan.
Menutup sambutannya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi secara resmi membuka kegiatan Lokakarya serta meluncurkan proyek pengelolaan perikanan puri berkelanjutan di Misool Selatan Kabupaten Raja Ampat dan berharap dapat terwujud pengelolaan kolaboratif perikanan puri yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan industry perikanan di Provinsi Papua Barat.
Sumber
Chris Rotinsulu UKIP-FAO Project
Jurnalis R.Nelwan***
