BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

KPMIBMS CABANG GORONTALO: Sukses Laksanakan Dialog Publik, Refleksi 17 Tahun Bolsel



Refleksi 17 Tahun Bolsel, Dialog Publik Angkat Tema "Identitas, Jati Diri dan Spirit Pembangunan Daerah"


Bolaang Mongondow Selatan, SuaraIndonesia1.com — Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-17 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), sebuah Dialog Publik bertema "Identitas, Jati Diri dan Spirit Pembangunan Daerah" digelar di Warkop Aroma Utat, Desa Pinolosian, Kecamatan Pinolosian. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh penting sebagai narasumber dan pemantik diskusi yang menggugah kesadaran publik.


Ketua Umum KPMIBMS Cabang Gorontalo, Chryswanto Paputungan, menekankan bahwa usia 17 tahun merupakan fase penting bagi suatu daerah untuk melakukan evaluasi dan peneguhan arah pembangunan berbasis identitas dan budaya lokal.


“Kita ingin menegaskan bahwa pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya soal infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga harus berpijak pada nilai-nilai budaya, sejarah, dan karakter lokal. Inilah yang menjadi spirit Bolsel hari ini,” tegas Chryswanto dalam sambutannya.


Dialog ini menghadirkan Moh. Rivaldi Abdul, S.Pd., MA, seorang pakar sejarawan yang memantik diskusi dengan menelusuri sejarah pembentukan Bolsel, dinamika identitas lokal, serta perubahan sosial yang memengaruhi arah pembangunan.


“Identitas masyarakat Bolsel tidak boleh dilupakan dalam proses pembangunan. Kita harus mampu merumuskan arah pembangunan yang menghargai sejarah dan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Rivaldi.


Sementara itu, Arfan Djafar, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bolsel, mengangkat pentingnya peran kebijakan daerah yang berorientasi pada kesejahteraan yang merata.


“Pendekatan pembangunan harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khususnya kelompok yang selama ini belum mendapatkan perhatian memadai,” ungkap Arfan.


Kegiatan ini dipimpin oleh Julianhar Ohi, Kabid Advokasi Hukum dan HAM, yang bertindak sebagai moderator dialog. Tidak hanya memandu jalannya diskusi, Julianhar juga menyuarakan kritik tajam terhadap beberapa kebijakan pemerintah daerah yang dinilai belum menyentuh akar persoalan masyarakat. Ia menyoroti pembangunan yang masih banyak terbengkalai serta berbagai persoalan daerah yang belum dituntaskan hingga usia Bolsel menginjak 17 tahun.


“Refleksi ini harus menjadi cermin kritis, bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, akses layanan publik yang terbatas, dan persoalan sosial lainnya harus menjadi prioritas ke depan,” tutur Julianhar dalam sesi diskusi.


Dialog Publik ini turut dihadiri oleh mahasiswa, perwakilan paguyuban kecamatan, siswa-siswi dari berbagai sekolah, serta organisasi eksternal seperti PC IPNU Bolsel, PD Pemuda Muhammadiyah Bolsel, Karang Taruna, serta Kemah Sahabat Alam, sebuah organisasi pecinta alam yang dikenal aktif dalam isu lingkungan dan sosial di wilayah Bolsel.


Kehadiran para peserta dari berbagai unsur menjadikan dialog berlangsung dinamis, reflektif, dan inklusif, membuka ruang partisipasi yang luas untuk menyuarakan pandangan, kritik, serta harapan terhadap arah pembangunan daerah ke depan.


Dalam kesimpulan pada dialog ini, bahwa untuk mengetahui Identitas dan Jati Diri Bolsel sesungguhnya adalah sifat Religius dan berbudaya merupakan jatidiri dan identitas masyarakat Bolsel yang sebenar-benarnya. Ini yang perlu kita tingkatkan sebagai masyarakat yang cinta akan daerah ini. Jika telah luntur, mari kita bangkitkan, sehingga kita tidak kehilangan jatidiri dan identitas kita sebagai masyarakat Bolsel pun sebagai Manusia.


Lebih lanjut lagi terkait membangun Spirit Pembangunan Daerah adalah menjurus pada entitas Sumber Daya Manusia (SDM) Bolsel, sebab guna untuk melanjutkan pembangunan daerah di masa yang akan datang adalah kita anak muda yang hari ini.


Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah lebih menitik fokuskan perhatiannya pada pembangunan SDM yang ada di Bolsel, guna untuk kemajuan daerah kita tercinta.


Terakhir, melalui kegiatan ini, diharapkan lahir rekomendasi strategis dan catatan kritis sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan pembangunan yang lebih berpihak kepada masyarakat, memperkuat jati diri daerah, dan tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian nilai-nilai lokal.


Reporter: J.OHI

« PREV
NEXT »