Gorontalo Utara – SuaraIndonesia1.com, Akhir-akhir ini beredar informasi bahwa ada pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ichsan Gorontalo Utara (UIGU) yang dilakukan secara Musyawarah Besar (MUBES).
Informasi tersebut tersebar melalui pesan WhatsApp dari salah satu mahasiswa, yang menyebutkan bahwa telah terjadi perekrutan kepanitiaan MUBES secara diam-diam. Ini menimbulkan pertanyaan: ada apa?
PILBEM Universitas Ichsan Gorontalo Utara seharusnya dilaksanakan secara demokratis melalui pemilihan umum mahasiswa, bukan melalui sistem musyawarah besar.
Berikut ini beberapa alasan mengapa sistem pemilu lebih tepat.
• Prinsip Demokrasi
• Partisipasi Seluruh Mahasiswa: Pemilu memastikan setiap mahasiswa memiliki hak suara yang setara, sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.
• Transparansi dan Akuntabilitas: Proses pemilu yang jelas seperti kampanye, debat, dan voting memungkinkan mahasiswa menilai calon secara objektif.
• Potensi Masalah dalam Sistem Musyawarah Besar
• Tidak Inklusif: Musyawarah besar sering hanya melibatkan segelintir perwakilan, sehingga aspirasi mahasiswa secara keseluruhan mungkin terabaikan.
• Risiko Manipulasi: Proses musyawarah rentan dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu atau intervensi dari pihak kampus.
• Kurang Representatif: Keputusan oleh sedikit orang tidak mencerminkan kehendak mayoritas mahasiswa.
Presiden BEM UIGU 2023–2024, Julianhar Ohi, menyampaikan pendapatnya terkait pelaksanaan PILBEM yang seharusnya dilakukan secara terbuka.
"Jika Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM Universitas seyogianya dilaksanakan secara terbuka, dikarenakan agar seluruh mahasiswa dapat mengetahui dan menyampaikan aspirasinya serta dapat mengetahui kapasitas dan kapabilitas dari capres dan cawapres yang sementara bertarung," ujarnya.
Lebih lanjut, Julianhar Ohi menambahkan bahwa dalam pelaksanaan PILBEM sebelumnya telah dilakukan secara terbuka menggunakan sistem E-Vote atau pemilihan berbasis online.
"Berkaca pada PILBEM sebelumnya, itu dilaksanakan secara terbuka dan menggunakan E-Vote atau pemilihan berbasis online, sebab menurutnya konsep pemilihan yang terbuka mencerminkan sistem politik di dalam kampus berjalan secara demokrasi, transparan, jujur dan adil," katanya.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan semua mahasiswa, seraya menyebutkan bahwa kampus-kampus besar di Indonesia pun telah menerapkan sistem E-Vote.
"Bahkan pada PILBEM di kampus-kampus besar pun menggunakan E-Vote agar seluruh mahasiswa dapat terlibat, kita perlu berkaca pada kampus-kampus lain yang turut menggunakan teknologi hari ini untuk meminimalisir anggaran dan juga pelaksanaan tetap secara terbuka dan seluruh mahasiswa ikut dilibatkan juga," jelas Julianhar.
Atas dasar tersebut, Julianhar Ohi mendesak agar PILBEM Universitas Ichsan Gorontalo Utara segera dilaksanakan secara terbuka melalui Pemilihan Raya Mahasiswa.
"Oleh sebab itu kami mendesak untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden BEM Universitas Ichsan Gorontalo Utara untuk segera dilaksanakan secara terbuka atau melalui Pemilihan Raya Mahasiswa, agar terciptanya sistem demokrasi yang transparan, jujur dan adil," tegasnya.
Melihat kondisi kampus yang saat ini masih dalam masa libur semester genap, Julianhar menilai penggunaan sistem E-Vote adalah solusi terbaik.
"Kemudian melihat kondisi yang ada di kampus, bahwa kampus hari ini masih dalam keadaan libur semester genap, olehnya pelaksanaan ini dikarenakan harus melibatkan seluruh mahasiswa maka sistem pemilihan menggunakan E-Vote adalah solusi yang bijak agar seluruh mahasiswa dapat menggunakan hak pilihnya pada PILBEM UIGU 2025," pungkas Julianhar Ohi.