JAKARTA - SKRI NEWS,DESEMBER 2017
Sekitar dua juta personil Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama dari Gerakan Pemuda Ansor tahun ini dikerahkan untuk menjaga gereja-gereja selama perayaan Natal di Indonesia, yang dianggap 'kafir' oleh sejumlah kelompok Muslim.
"Menjaga gereja-gereja di seluruh Indonesia telah dilakukan Banser, bekerja sama dengan kepolisian, selama puluhan tahun untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada saudara Nasrani kita", kata ketua umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas.
Yaqut mengatakan dalam upaya Banser ini, tak sedikit mereka menghadapi 'fitnah' dan 'bully' dari kelompok lain.
"Kami selalu dikafir-kafirkan, menjaga gereja itu berarti kami ikut dalam keyakinan saudara kami Kristiani... Kita bandingkan sekarang, saudara-saudara Nasrani tiap hari mendengar suara azan lima kali dan ada pengajian di banyak tempat, apa keimanan mereka berubah? Tidak," kata Yaqut
"Kalau kemudian ada Muslim yang ikut menjaga gereja dan keimanan berubah, yang salah Muslimnya. Kalau ada yang khawatir jaga gereja, dan terganggu keimanannya, orang ini keimanannya pasti belum beres," tambahnya.
Fitnah lain, kata Yaqut yang mereka hadapi termasuk 'dibilang banser nyari proyek, nyari beras'. "Buat kita suara seperti itu tak penting."
Pastur di Katedral Jakarta, Christoforus Kristiono Puspo, menyebut langkah yang dilakukan Banser NU setiap tahun ini sebagai sesuatu "yang sangat indah."
" Banser secara sukarela untuk datang ikut serta menjaga mengamankan, membuat damai membuat khusyuk teman-teman Katolik di katedral pada Ekaristi malam Natal. Bagi saya ini upaya sungguh-sungguh.. sangat harmoni dan sangat indah, dan kami sangat terima kasih sekali, kami merasa aman, dan dilindungi, sehingga dengan lancar Ekaristi berjalan," kata pastur Kristiono
Dalam perayaan Natal kali ini, lebih dari 3.000 cuitan muncul tentang Riyanto, salah seorang anggota Banser yang meninggal saat menjaga keamanan gereja di Mojokerto, Jawa Timur, pada tahun 2000.
Mengenang Riyanto “Sang Penjaga Natal"
"Tepat 17 Tahun (Minggu 24 Des 2000 - Minggu 24 Desember 2017) meninggalnya alm Riyanto Banser NU. Mari kita sejenak menghadiahkan doa untuk sahabat kita, almarhum Riyanto. Mengenang Riyanto 'Pahlawan Kemanusiaan," cuit GP Ansor.
Pada malam Natal 17 tahun lalu itu, Riyanto mengetahui ada bungkusan berupa bom dan ia berteriak: "Tiaraaaap" sambil lari mendekap bungkusan tersebut menjauh dari gereja yang dihadiri ratusan jemaat yang sedang beribadah.
Tubuhnya terpental hingga sekitar seratus meter, jari tangan dan wajah Riyanto hancur, sementara seorang rekannya cacat di mata kanannya.
Sahabat Riyanto anggota Banser NU adalah rakyat kecil namun berkorban utk misi mulai kemanusiaan dan demi merawat keutuhan NKRI.
Ia teladan sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut mengatakan, "Bagi kami, Riyanto ini pahlawan kemanusiaan. Demi nyawa banyak orang dia rela mengorbankan nyawanya tanpa melihat latar belakang agama."
"Ini sesuai dengan keyakinan kami sebagaimana dicontohkan oleh salah seorang sahabat Nabi Muhammad, Ali bin Abi Tholib Karamallahu Wajhah, bahwa mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Dalam pandangan kami, Riyanto ini tewas dalam kondisi mati syahid," kata Yaqut.
Pendeta di gereja Mojokerto, Rudi Sanusi Wijaya, mengatakan -seperti dikutip sejumlah laporan- bahwa umat Kristiani selalu mendoakan Riyanto setiap perayaan Natal.
Nama Riyanto kemudian diabadikan menjadi nama jalan di kota itu.
Selamat Natal buat semua temen2 yg merayakan. Jgn lupa selipkan doa buat Riyanto, Banser NU yg meninggal saat mengamankan misa natal gereja Ebenhaezer, Mojokerto dari ledakan bom 17 tahun lalu, dalam ibadah natal kalian.
Menurut Yaqut, para Banser juga siap untuk menjaga hari besar agama lain termasuk Buddha dan Hindhu
"Bagi Banser kami punya keyakinan tak ada Indonesia tanpa ada bermacam agama. Ada Islam, Kristen, Hindu, Buddha karena semua kita ikut berjuang memerdekakan negara ini."
"Jadi tak boleh ada satu kelompok pun yang menganggu kenyamanan saudara saudara kita yang sedang menjalankan ibadah agama. Kita sebagai umat Muslim, Banser merasa berkewajiban untuk melindungi yang jumlahnya lebih kecil," tegas Yaqut.
Pesan Toleransi dari Salatiga..
Anggota Banser memberikan balon kepada seorang anak pada perayaan Natal di Alun - Alun Kota Salatiga..
"Kami tak melakukan selamanya, kami akan berhenti menjaga gereja dan pura, manakala tak ada lagi ancaman buat saudara saudara kita," tambahnya.
Ia mengatakan penjagaan mulai meningkat setelah munculnya berbagai ancaman pemboman pada awal tahun 2000
Keikutsertaan Banser dalam berbagai pengamanan perayaan keagamaan ini dilakukan bekerja sama dengan kepolisian dengan prioritas berdasarkan kerawanan dan permintaan dari gereja-gereja sendiri.
Di Gereja Santa Monika di BSD Tangsel ada Banser membantu menyeberangkan umat dijalan yg padat untuk masuk dan keluar dari Gereja.. Terimakasih Banser NU.
"Soal kafir atau tidak, dosa atau tidak, dapat hukuman dari Tuhan atau tidak, Tuhan yang menilai, tapi kami yakini ini jalan yang benar karena prinsip kemanusiaan yang kami jadikan landasan. Saya yakin semua agama mengajarkan itu penghormatan untuk menjaga kemanusiaan,"
Redaksi / Yayan