Opini - Suaraindonesia1, Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit akibat krisis yang terjadi pertengahan tahun 1997 dan sampai sekarang belum mengalami pemulihan secara total. Terlebih lagi di Indonesia sedang terjadi pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahaan yang gulung tikar karena menderita kerugian dan tidak bisa bertahan dalam perekonomian seperti ini. Maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan, baik yang menyangkut perencanaan maupun pengendaliannya. Selain itu zaman perdagangan bebas ini, setiap perusahaan harus siap untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Setiap perusahaan baik itu perusahaan dagang, perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur selalu menjalankan aktivitas yang beragam. Setiap sektor perusahaan pasti memiliki sistem pengendalian manajemen yang berbeda. Saat ini lapangan kerja di sektor perusahaan jasa telah melampaui lapangan kerja di sektor manufaktur. Oleh karena itu, dari peningkatan jumlah perusahaan pada sektor jasa, sektor jasa juga memerlukan pendengalian manajemen dalam manajemen organisasinya. Dalam proses pengendaliannya, sektor jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda dibanding sektor manufaktur, karena secara mendasar perusahaan jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan manufakru, yaitu sebagai organisasi yang memproduksi dan memasarkan produk yang tidak berwujud.
Pada awalnya akuntansi biaya hanya ada dalam catatan perusahaan manufaktur, karena kebutuhan untuk menilai persediaan barang dalam proses dan barang jadi adalah untuk tujuan laporan keuangan. Sistem ini memberikan data mentah yang dapat dengan mudah diadaptasi untuk digunakan dalam menetapkan harga jual dan untuk tujuan manajemen lainnya. Banyak organisasi jasa tidak memiliki dorongan yang sama untuk mengembangkan data biaya. Namun setelah perang dunia II perusahaan jasa mulai menggunakan data biaya produk dan dataakuntansi lainnya, dan perkembangan sistem pengendalian manajemen organisasi jasa juga mulai berkembang sama pesatnya dengan sistem pengendalian yang ada pada perusahaan manufaktur.
Sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek manufaktur saja. Sistem pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Dalam proses pengendaliannya, sektor jasa secara umum mempunyai karakteristik yang relatif berbeda dibanding sektor manufaktur. Karakteristik tersebut yaitu ketiadaan persediaan, perusahaan manufaktur dapat menyimpan barang dagangannya dalam bentuk persediaan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan. Karakteristik kedua yaitu kesulitan dalam mengendalikan kualitas, Perusahaan manufaktur dapat melakukan inspeksi atas produksnya sebelum produk tersebut dikirimkan kepelanggan, serta kualitasnya dapat diukur secara kasat mata. Sedangkan perusahaan jasa tidak dapat menilai kualitas produk sampai pada saat jasanya diserahkan, dan sering kali penilaian tersebut bersifat subjektif. Karakteristik kedua yaitu padat karya, Perusahaan manufaktur dapat menambah peralatan dan mengotomatisasi lini produksi sehingga dengan demikian, perusahaan dapat menggantikan buruh dan meminimalisir atau mengurangi biaya. Hampir semua perusahaan jasa bersifat padat karya dan tidak dapat melakukan hal semacam itu.
Selain organisasi jasa secara umum, terdapat organisasi jasa profesional yang memiliki karakteristik khusus yaitu organisasi jasa profesional memiliki relatif sedikit aktiva yang berwujud, bersifat padat karya dan karyawannya adalah orang-orang khusus, output profesional tidak dapat diukur dengan ukuran fisik tertentu, organisasi jasa profesional biasanya relatif kecil dan beroperasi di satu lokasi saja.
Dengan karakteristik tersebut, terdapat sistem pengendalian manajemen yang dapat dilakukan oleh organisasi jasa profesional antara lain, Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara tradisional di banyak perusahaan-perusahaan profesional. Jika profesi tersebut merupakn salah satu profesi di mana para anggotanya sudah terbiasa untuk mencatat jadwal waktu mereka, penentuan biaya profesional yang harus dibayar biasanya dikaitkan dengan tarif tagihan per jam biasanya didasarkan pada kompensasi dari tingkat profesional tersebut (dan bukannya kompensasi dari orang tertentu), ditambah dengan beban untuk biaya overhead dan laba. Yang kedua, dalam pengukuran kinerjanya organisasi jasa profesional bisa menggunakan penilaian yang dibuat oleh atasan.
Selain organisasi jasa profesional, terdapat organisasi nirlaba, organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aktiva atau labanya kepada, atau untuk manfaat dan, anggotanya, pejabatnya, maupun direkturnya. Definisi ini tidak menghalangi organisasi untuk memperoleh laba; definisi tersebut hanya melarang distribusian dari laba tersebut. Suatu organisasi nirlaba perlu memperoleh laba yang memadai, secara rata-rata, guna menyediakan dana untuk modal kerja. Pada organisasi nirlaba ini, tidak ada ukuran laba. Sasaran dominan dan kebanyakan bisnis adalah untuk memperoleh laba yang memuaskan. Pada peusahaan lain mengukur kinerja suatu perusahaan adalah melalui laba. Namun, tidak satupun ukuran kinerja tersebut ada di organisai nirlaba. Banyak dari organisasi nirlaba yang mempunyai beberapa sasaran. Efektivitas dari suatu organisasi nirlaba dalam mencapai sasarannya jarang sekali dapat diukur dengan jumlah kuantitatif. Ketiadaan ukuran kinerja keseluruhan kuantitatif yang mémuaskan adalah masalah pengendalian manajemen yang serius dalam organisasi nirlaba. Selain itu, organisasi nirlaba dikelola oleh dewan pengawas. Dewan pengawas biasanva tidak digaji, dan banyak dari mereka yang tidak memahami manajemen bisnis. Oleh karena itu, mereka umumnya menjalankan lebih sedikit pengendalian dibandingkan dengan direktur dari suatu perusahaan bisnis.
Adapun sistem pengendalian manajemen untuk organisasi nirlaba, yaitu dalam penetapan harga produk suatu organisasi nirlaba lebih baik menetapkan harga atas layanan yang diberikannya pada biaya penuh. Harga berdasarkan biaya penuh merupakan jumlah dari biaya langsung, biaya tidak langsung, dan mungkin penyisihan kecil untuk meningkatkan ekuitas organisasi. Selain penetapan harga produk perencanaan strategis dan penyusunan anggaran harus diperhatikan oleh perusahaan nirlaba. Dalam organisasi nirlaba yang harus memutuskan mengenai bagaimana cara yang terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas ke aktifitas-aktifitas yang berharga, perencanaan strategis adalah proses yang lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan bisnis biasa.
BIODATA SINGKAT
Nama : Yusnia Ayu Pitaloka
Tempat, Tanggal Lahir : Batu, 29 Juni 1999
Alamat : Jl. Indra Giri Gg.33 RT 002/ RW 003
Santrean Sumberejo Kota Batu
No.Telepon : 082264448989
Email : yusniapitaloka@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
TK Nusa Indah 01 Sumberejo , Tahun 2003-2005
SDN Sumberejo 03 Batu, Tahun 2005-2011
SMPN 02 Batu, Tahun 2011-2014
MAN Kota Batu, Tahun 2014-2017
Universitas Muhammadiyah Malang, Tahun 2018-sekarang
BIODATA SINGKAT
Nama : Farah Dian Azizah
Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 02 Desember 1999
Alamat : Taman Puspa Sarirogo F1/01, Sidoarjo
No.Telepon : 081327580537
Email : farahdianzizah@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
TK Sabilillah Sidoarjo, Tahun 2004-2006
SDI Sabilillah Sidoarjo, Tahun 2006-2012
MTsN Sidoarjo, Tahun 2012-2015
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Tahun 2015-2018
Universitas Muhammadiyah Malang, Tahun 2018-sekarang