BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

WAKAPOLDA PAPUA HADIRI PEMBUKAAN PELATIHAN DAN UJI KOMPETENSI PERSONEL IDENTIFIKASI POLDA PAPUA DAN PAPUA BARAT T.A. 2021




Pewarta:Rahman.P

Jayapura-suaraindonesia1

com

 Pada hari Selasa tanggal 30 November 2021, Bertempat di Hotel Grand Horison Kotaraja, telah dilaksanakan giat Pembukaan Pelatihan Dan Uji Kompetensi Fungsi Identifikasi Jajaran Polda Papua Dan Polda Papua Barat dengan Tema “Siap mendukung penegakan hukum yang prediktif, responbilitas dan transparansi berkeadilan melalui scientific crime investigation” yang diselenggarakan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency).


Adapun yang hadir dalam kegiatan Wakapolda Papua, Brigjen Pol Dr. Eko Rudi Sudarto, S.I.K., M.Si, Kapusnafis Bareskrim Polri, Brigjen Pol Mashudi, S.I.K., S.H., M.Hum, Kabiddaktikrim Pusinafis, Kombes Pol Ari Wibowo, S.I.K, Kasubbag Binfung Pusinafis, AKBP Suwarto, S.T., M.T, Para Pejabat Utama Polda Papua, Manager JICA bapak Suzuki Motoyuki, Expert JICA bapak Amano dan peserta pelatihan sebanyak 40 orang.


Pada pelaksanaan kegiatan tersebut diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari 26 personel Polda Papua dan 14 personel Polda Papua Barat.


Wakapolda Papua Brigjen Pol Dr. Eko Rudi Sudarto, S.I.K., M.Si dalam sambutannya mengatakan Saya pada tahun 2006 pernah ke JICA, Hal yang tidak pernah saya lupa adalah tentang kebersihan jepang dan kedisiplinan masyarakatnya.


kerjasama yang berlangsung di dunia internasional pada dasarnya dikarenakan adanya suatu kesadaran bahwa suatu negara tidak dapat menjamin kelangsungan hidupnya secara mandiri tanpa kerjasama dengan negara lain. salah satu bentuk kerjasama internasional tersebut adalah pemberian bantuan jepang melalui JICA (Japan International Cooperation Agency) kepada beberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia.


Wakapolda Papua menambahkan bahwa kerjasama JICA dan Indonesia sudah dimulai sejak 67 tahun yang lalu, yaitu tahun 1954. Dalam perjalanannya, kerjasama bilateral ini tidak hanya dalam bidang sosial-ekonomi, kesehatan dan pembangungan.  Namun pada tahun 2002, JICA memulai kerjasama dengan polri dalam rangka mendukung reformasi polri. Terdapat tiga program dalam kerjasama untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan para personil kepolisian dalam mengatasi kejahatan dan masalah sosial di lingkungan masyarakat.


pertama, identifikasi criminal sebagai respon dari pengungkapan kasus yang sangat rendah, tujuannya agar tumbuh rasa kepercayaan dari masyarakat kepada polisi. dengan demikian, apabila banyak kasus yang dapat diungkap maka kepercayaan masyarakat pada kinerja polisi akan meningkat. Kedua, pembangunan di bidang telematika (telekomunikasi) sebagai percepatan proses keberadaan anggota di tkp serta mempercepat terhadap respon keluhan masyarakat, juga mempercepat seluruh langkah-langkah pelayanan kepada masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan yang ada disekitar mereka. Ketiga, pembangunan koban dan struktur ditengah masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat. Tujuannya yaitu untuk memasyarakatkan konsep polisi sipil yang demokratis kepada masyarakat.



Unit identifikasi polri merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan olah tempat kejadian perkara. dalam era globalisasi dan transparansi, penyidik harus sudah meninggalkan cara-cara penyidikan konvensional yang hanya mengandalkan pengakuan tersangka / saksi. hal ini harus beralih ke penyidikan secara ilmiah (Scientific Crime Investigation) yang dalam sistem pembuktiannya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau memanfaatkan fungsi forensik. 


Sejalan dengan visi dan misi polri serta adanya tuntutan masyarakat baik nasional maupun internasional, maka dalam penyidikan harus menjunjung tinggi kekuasaan tertinggi hukum dan ham serta tuntutan perundang-undangan (kuhap), yang tidak lagi mengejar pengakuan dalam sistem pembuktian. demi terciptanya kepastian hukum dan rasa keadilan sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk patuh kepada hukum.


Wakapolda Papua dalam kesempatannya juga menyatakan bahwa pembuktian secara ilmiah pada proses penyidikan kasus pidana merupakan alat bukti yang paling dapat diandalkan dan bahkan menjadi tulang punggung (back-bone) dalam proses peradilan pidana terutama pada pengungkapan perkara / pelaku dalam proses penyidikan. Apabila pembuktian di pengadilan tidak ditemukan saksi maka hasil pemeriksaan barang bukti lah yang menjadi alat bukti utama.


Dinamika dunia kejahatan menuntut setiap anggota kepolisian harus membekali diri baik keterampilan ataupun pengetahuan sesuai dengan tugas yang diembannya. dalam hal ini, penyidik mempunyai peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi orang dan tempat kejadian perkara.


Inisiatif kerjasama ini merupakan kesempatan besar untuk bertukar wawasan dan pengetahuan. saya harapkan kepada seluruh peserta, dapat memanfaatkan kesempatan baik ini untuk menyerap ilmu yang diberikan, dan dapat di implementasikan rekan-rekan unit identifikasi di lapangan agar lebih profesional dan memenuhi persyaratan sebagai ahli.


Manager JICA bapak Suzuki Motoyuki dalam kesempatannya mengucapkan bahwa dirinya sangat berbahagia dapat hadir dalam kegiatan ini yang dihadiri oleh para pejabat pusinafis mabes polri dan para pejabat Polda Papua. JICA telah bekerja sama dengan indonesia pada tahun 2002 tepatnya saat revormasi polri berdiri sendiri dan terpisah dari Akabri serta tepat pada tahun depan JICA tekah bekerja sama selama 20 tahun.


Kesadaran akan pentingnya identifikasi dilapangan belum begitu tinggi, serta kejaksaan dan pengadilan belum mengetahui bahwa setiap orang memiliki sidik jari yang berbeda serta dapat dijadikan bukti kuat dalam mengungkap kasus.


Lanjut Manager JICA bapak Suzuki Motoyuki bahwa sidik jari dapat mengidentifikasi tersangka dan korban sehingga dapat menjadi bukti dalam persidangan, sehingga tugas rekan-rekan sangat penting.


Maksud tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel polri dalam pemanfaatan sidik jari serta identifikasi, Saya harap pelatihan ini yang dalam pelaksanaannya didukungan oleh Pusinafis Mabes Polri dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendukung pula kemajuan Polri.


Kapusnafis Bareskrim Polri Brigjen Pol Mashudi, S.I.K., S.H., M.Hum juga mengatakan bahwa Pelatihan dan uji kopetensi ini adalah pelaksanaan kegiatan yang ke-33 dan merupakan rangkaian rencana kerja pusinafis Bareskrim Polri sebagai salah satu implementasi program kerjasama Polri dengan Japan international cooperation Agency (JICA).


Materi yang disampaikan dalam pelatihan ini dititik beratkan pada pencarian, pengambilan, pengembangan Sidik jari Latin dan pemeriksaan perbandingan Sidik jari guna mendukung pengungkapan tindak pidana dan kasus-kasus lainnya. Kinerja Ino Vis nantinya diharapkan tidak hanya berurusan dengan CD jari dan photografi kepolisian semata, tetapi terus dikembangkan di bidang Biometrik seperti Retina, Iris, palm Print, foot Print, voice dan face recognition.


Peran identifikasi dalam hukum tugas kepolisian semakin nyata, hal tersebut seperti terlihat dalam big kasus pembunuhan, pencurian dan Unras di wilayah Indonesia dengan peralatan yang dimiliki pusinafis dapat mengidentifikasi korban maupun pelaku sehingga dapat dikenali secara cepat dan akurat maka perlu dengan pelatihan dan uji uji kopetensi ini diharapkan dapat menciptakan personal identifikasi yang handal dan dapat dibanggakan.


Kapusnafis Bareskrim Polri Brigjen Pol Mashudi, S.I.K., S.H., M.Hum menambahkan bertitik-tolak dari permasalahan tersebut diatas maka Pusinafis Bareskrim Polri bekerjasama dengan JICA melakukan pelatihan bagi personel fungsi diidentifikasi sebagai sarana untuk mencetak kader fungsi identifikasi guna mengatasi kekurangan personel mengemban fungsi identifikasi sesuai dengan harapan kita semua.



Jayapura, 30 November 2021


Dikeluarkan oleh: Subbid Penmas Bid Humas Polda Papua,

« PREV
NEXT »