Sumba Barat Daya, Suaraindonesia1 - Mafia Petugas Lapangan, Untung Ratusan Juta. PADMA Ungkap Jaringan Human Trafficking, sebanyak 5 orang Pekerja Migran Indonesia ( PMI ) asal Sumba kabupaten Sumba Barat ( SB ), Baru-baru ini dari kelima orang PMI yang tujuan utama ke Malaysia , tiga orang yang berhasil diberangkatkan ke-Batam tujuan utama ke Malasya lewat sponsor bernama Samuel Bili.
Adapun ketiga orang PMI adalah :
1 . Rosalia Ringu Lango,asal Kampung Katama Wee Kabupaten Sumba Barat.
2 . Yuliana Magi, asal kilometer 8 Kabupaten Sumba Barat.
3 . Meriana Magi Loda, asal Lamboya Kabupaten Sumba Barat.
Ketiga orang PMI tersebut ketika sampai di Batam di over kesana-kemari serta disembunyikan oleh sponsor, sebut Rosa dalam memberikan pernyataan melalui Video Call, Bahwa mereka mendapat razia di Batam.
Rosa menyebutkan kalau sponsor yang merekrut dan berangkatkan ke Batam tujuan utam Malasya adalah Samuel Bili yang adalah orang dari Sumba Barat, sebut Rosa.
Masing-masing mereka yang direkrut oleh Samuel Bili adalah 1 .Rosalia Ringu Lango , asal KatamaWee kabupaten Sumba Barat.
2 .Yuliana Magi asal km 8 Sumba Barat.
3 .Meriana Magi Loda, asal Lamboya Sumba Barat.
Kami bertiga ini yang kena razia dibatam dan kami sudah dipulangkan dari batam dan gagal diberangkatkan ke Malaysia . saat ini kami masih di bali bersama dua orang lagi yang mau diproses keberangkatan ke batam, Dan karena masih ada masalah dibatam, yang dua orang juga masih ada dikostnya Samuel Bili, sebut Rosa.
Berdasarkan penyampaian Rosa kepada awak media, dimana yang merekrutnya mereka adalah Samuel Bili serta dikirimkan langsung nomor HP Samuel Bili untuk dikonfirmasi, ternyata Samuel Bili kepada awak media rupanya mengelak dan dengan tegas mengatakan bahwa tidak pernah merekrut dan lagi kerja di Bali, ungkap Samuel dan langsung mematikan HP nya.
Persoalan kami ini sebutnya , sudah ditangani pihak BP2MI dan penanganan pihak polda Bali dan sudah memberikan keterangan , papar Rosa.
Rosa menambahkan saat berdialog dengan awak media via telepon, mengatakan bahwa kami diberangkatkan kebatam sejak 1 November 2024. ketika kami tiba dibatam kami di sembunuikan dan di over sana-kemari, sebutnya.
Lima orang pekerja migran nonprosedural asal Sumba Barat, Mariana Magi Loda dan Roslina Ringu Lango dan Yuliana Magi , gagal diberangkatkan ke Malaysia setelah tertahan di Batam akibat razia besar-besaran oleh aparat. Kasus ini membuka tabir jaringan perdagangan manusia yang kerap memanfaatkan calon pekerja migran Indonesia (PMI) tanpa prosedur resmi.
Ketua Padma Indonesia,Gabriel Gowa.
Kronologi Perjalanan Menuju Malaysia
Kisah bermula dari keinginan Mariana dan Roslina untuk bekerja di Malaysia. Informasi mengenai sponsor, Samuel Bili, yang dapat membantu keberangkatan mereka dalam waktu dua minggu, membuat keduanya yakin untuk mencoba. Dengan iming-iming proses cepat—satu minggu pengurusan paspor dan satu minggu keberangkatan dari Bali ke Batam—mereka langsung menyetujui tawaran tersebut.
Pada 19 Oktober 2024, Mariana dan Roslina, bersama tiga orang lainnya, berangkat dari Sumba ke Bali. Setibanya di Bali, mereka ditampung di kos-kosan dengan kondisi penuh sesak, tidur berdempetan enam orang. Pada 23 Oktober 2024, mereka diarahkan membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar dengan alasan “untuk liburan.”
Setelah mereka selesai membuat paspor sekaligus mengisi dokumen dimana akan liburan ke Malasya sehingga mereka diberangkatkan ke Batam pada 1 November 2024. Dan setelah kami tiba dibatam kata Rosa, terjadi razia besar-besaran oleh aparat di Batam yang membuat kami dipindahkan kesana-kemari. Menurutnya bahwa Awalnya kami menginap di Hotel Pagoda, lalu dipindahkan ke Grand Place, hingga akhirnya ke Hotel Revina Residen, sebut Rosa. Dan selama kami dipindahkan kata Rosa, sponsor minta kami untuk tidak kemana-mana dan tinggal dalam kost saja untuk Aman,paparnya kepada awak media.
Situasi semakin tak menentu, dan pada 19 November 2024 kami dipulangkan di Bali , kata Rosa dan Meriana. Itupun juga sebutnya bahwa Sponsor menjanjikan kami untuk berangkat ulang pada Januari 2025. Namun karena kami sudah dibohongi oleh sponsor kata Rosa, Akhirnya kami memilih dan memutuskan untuk batalkan rencana bekerja di Malaysia karena merasa tidak aman, sebutnya.Dan Ketika kami menyampaikan keputusan ini kepada sponsor, Kami malah diminta untuk ganti biaya tiket, uang saku, dan penginapan, sehinggah dokumen penting seperti paspor, ijazah asli, akta kelahiran, dan kartu keluarga mereka masih ditahan oleh sponsor ujar Rosa.
Pernyataan Sponsor yang Diduga Terlibat
Ketika dihubungi wartawan, sponsor utama Samuel Bili membantah keterlibatan dirinya. “Saya kerja di Bali, saya bukan urus TKW,” ujarnya singkat sebelum mematikan telepon.
Namun, pengakuan korban justru menunjukkan bahwa Samuel merupakan pihak yang mengurus semua proses awal keberangkatan mereka, termasuk pembuatan paspor di Bali.
Gabriel Goa Desak Penangkapan Aktor Intelektual
Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, Gabriel Goa, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap maraknya kasus perdagangan manusia di NTT. Ia menyoroti lemahnya penegakan hukum, meskipun Presiden Joko Widodo telah menetapkan NTT sebagai wilayah darurat perdagangan manusia.
Gabriel menyampaikan empat tuntutan utama:
Penegakan hukum tegas terhadap pelaku dan aktor intelektual TPPO di berbagai wilayah seperti Kepri, Riau, Sumut, Kalbar, dan Kaltara.
Peluncuran Gerakan Anti Human Trafficking dan Migrasi Aman (GEMA HATI MIA) di seluruh desa NTT untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan migrasi yang aman.
Peningkatan layanan melalui Balai Latihan Kerja dan Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) untuk memastikan calon pekerja migran memiliki dokumen dan keterampilan yang sesuai.
Kolaborasi semua pihak termasuk pemerintah, aparat, akademisi, lembaga agama, masyarakat, dan pers untuk menangani perdagangan manusia secara menyeluruh.
Gabriel juga menegaskan pentingnya menangkap aktor intelektual di balik kasus-kasus perdagangan manusia yang masih berkeliaran bebas.
Pentingnya Perlindungan Pekerja Migran
Kasus ini menjadi pengingat bahwa perlindungan terhadap pekerja migran harus menjadi prioritas. Minimnya informasi dan lemahnya pengawasan membuat banyak calon PMI asal NTT terjebak dalam jaringan perdagangan manusia.
Melalui kerja sama yang lebih solid antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat, Gabriel berharap tidak ada lagi korban seperti Mariana dan Roslina di masa depan. “Hentikan perdagangan manusia, lindungi anak-anak NTT,” tutupnya.
Penyelundupan ini memberikan sorotan menyeluruh pada kasus penyelundupan pekerja migran asal Sumba serta upaya pencegahan perdagangan manusia yang mendesak dilakukan.
Tertanggal 23/11/2024 sekitar pukul 10:30 WITA, dalam komunikasi via WhatSap menyampaikan kalau sudah membeerikan keterangan di Polda Bali dan untuk sementara kami berlima masih dirumah penampungan perlindungan perempuan selama tujuh hari . setelah itu kami dipulangkan kembali dan juga dari kami berlima jika ada yang mau bekerja di Bali dan di jakarta dibolehkan, kata Rosa.
Kemudian terkait dengan Sponsor yang merekrut kami sementara ditahan di Polda Bali serta masih ada dua orang sponsor yang tengah di cari oleh kepolisian Polda Bali, ungkap Rosa mengakhiri.
**** Eman Ledu ****
( SUARAINDONESIA1.COM ).