BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

MENGUKIR PERAN PEREMPUAN DI ERA BONUS DEMOGRAFI: REFLEKSI 59 TAHUN KOHATI

Maimun Puana Ketua Umum KOHATI Komisariat Ichsan UIGU


GORONTALO UTARA, suaraindonesia1.com - Tahun ini Kohati genap berusia 59 tahun. Sebuah usia matang yang menandai perjalanan panjang organisasi perempuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam melahirkan kader-kader perempuan yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam nilai dan kontribusi sosial. Di usia yang ke-59 ini, tema yang diusung sangat relevan dan strategis.


“Kohati Bernilai, Indonesia Maju: Mengukir Peran Perempuan di Era Bonus Demografi melalui Kolaborasi Ekonomi dan Pelestarian Budaya.”


Tema ini mencerminkan kesadaran bahwa perempuan memiliki peran penting di tengah peluang besar yang sedang dihadapi Indonesia: bonus demografi. Saat mayoritas penduduk Indonesia berada pada usia produktif, inilah momentum emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jika perempuan dilibatkan secara aktif dalam pembangunan—baik melalui ekonomi maupun pelestarian budaya—maka potensi bangsa bisa terdorong jauh lebih kuat.


Perempuan dan Bonus Demografi: Dari Pelengkap Menjadi Penggerak.

Bonus demografi tidak otomatis membawa manfaat. Ia harus diiringi dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul, termasuk dari kalangan perempuan. Dalam konteks ini, Kohati memikul peran strategis sebagai bagian dari kelompok intelektual muda perempuan Muslim.


Kita tidak bisa lagi memandang perempuan hanya sebagai pelengkap atau pendukung. Mereka adalah penggerak. Di banyak desa dan kota, perempuan terbukti menjadi aktor utama dalam ekonomi lokal, pendidikan anak, pelestarian lingkungan, dan bahkan advokasi sosial.


Kohati harus mengambil bagian untuk memperkuat peran tersebut—mendorong pendidikan perempuan, memfasilitasi pelatihan ekonomi kreatif, serta memperkuat literasi budaya dan sejarah agar perempuan tak tercerabut dari akar identitasnya.


Kolaborasi Ekonomi dan Pelestarian Budaya: Dua Pilar Kohati Bernilai.

Ketika berbicara tentang “Kohati Bernilai”, kita tidak hanya bicara tentang nilai moral, tetapi juga nilai manfaat. Nilai yang hadir dalam bentuk aksi nyata. Salah satunya melalui kolaborasi ekonomi. Perempuan perlu terus diberdayakan sebagai pelaku ekonomi mandiri dan baik dalam bentuk UMKM, kewirausahaan sosial, atau inovasi digital. Kohati dapat berperan sebagai jembatan yang mempertemukan akses modal, pelatihan, dan jejaring pasar bagi perempuan muda.


Sementara itu, pelestarian budaya menjadi tanggung jawab lain yang tak kalah penting. Di tengah derasnya globalisasi dan digitalisasi, warisan budaya mudah terkikis. Padahal, budaya adalah jati diri dan kekuatan lunak (soft power) bangsa. Perempuan, yang selama ini menjadi penjaga tradisi di ranah domestik, dapat difasilitasi untuk tampil sebagai agen pelestari budaya melalui literasi, kesenian, kuliner lokal, hingga diplomasi budaya.


Penutup: Menuju Indonesia Maju Bersama Perempuan yang Bernilai.

Dies Natalis Kohati ke-59 ini bukan hanya momen perayaan, tetapi juga ajakan untuk refleksi dan aksi. Mari kita jadikan usia ini sebagai titik tolak untuk mempertegas peran perempuan dalam pembangunan. Kohati harus tetap menjadi ruang pembelajaran, pemberdayaan, dan perjuangan bagi perempuan Muslim Indonesia.


Dengan mengukir peran di bidang ekonomi dan budaya, perempuan bukan hanya mengambil bagian, tetapi ikut menentukan arah masa depan bangsa. Karena perempuan yang bernilai akan melahirkan peradaban yang maju.


Selamat Dies Natalis Kohati ke-59. Teruslah bernilai, teruslah mengukir peran. Untuk Indonesia yang lebih baik.


(Jhul)

« PREV
NEXT »