Dari hasil informasi yang diterimah oleh awak media SuaraIndonesia1.com, dugaan tindakan sepihak tersebut dialami oleh beberapa karyawan di lokasi berbeda, di antaranya di Kecamatan Limboto dan Kecamatan Batudaa.
Salah seorang mantan karyawan yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dirinya bersama sejumlah rekan kerja dipaksa untuk menandatangani surat pengunduran diri tanpa kejelasan alasan yang pasti.
“Saya dan teman saya di Limboto, dan teman saya lagi di Batudaa,” ujarnya.
Ia menambahkan, tindakan tersebut membuat para karyawan merasa tertekan dan tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah pihak manajemen. Bahkan, dirinya telah menyuarakan keluhan melalui salah satu akun media sosial Facebook dengan narasi:
“Pemerintah Kabupaten Gorontalo mohon dibantu para pekerja di Gorontalo" sebagai bentuk permohonan agar pemerintah daerah turun tangan dan mencegah tindakan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak oleh pihak Alfamart.
Terinformasi juga, upaya konfirmasi kepada pihak manajemen Alfamart Cabang Gorontalo telah dilakukan oleh beberapa tim redaksi. Manager Alfamart Cabang Gorontalo, Harvi, yang dihubungi melalui pesan WhatsApp beberapa kali, tidak memberikan balasan.
Beberapa hari kemudian, tim dari barbagai redaksi mendatangi langsung kantor cabang Alfamart yang berlokasi di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Namun, manajer yang bersangkutan tidak berada di tempat.
“Beliau lagi di luar daerah, Pak. Nanti besok akan saya hubungi lagi,” ujar salah satu pegawai tingkat manajerial di kantor tersebut saat dikonfirmasi langsung.
Sayangnya, hingga beberapa hari berselang, pihak Alfamart belum memberikan keterangan resmi ataupun tanggapan terkait dugaan pemaksaan penandatanganan surat pengunduran diri yang dialami oleh para karyawan tersebut.
Sampai berita ini diterbitkan, tim redaksi dari berbagai media masih terus berupaya untuk menghubungi pihak Alfamart Cabang Gorontalo guna memperoleh klarifikasi dan penjelasan resmi terkait permasalahan ini.
