Boalemo - Boalemo,
Sudah bukan rahasia lagi bila dalam penyaluran bibit jagung bantuan untuk kelompok tani selalu ada permintaan dana meski dengan nominal yang terbilang sedikit namun apabila dikalkulasi maka sudah tentu jumlahnya membludak. Contohnya apabila dalam 1 desa terdapat 10 kelompok dengan jumlah setiap kelompok 20 orang dan memiliki lahan 2 Ha/org, sedang setiap Ha lahan diberi 3 shack bibit jagung maka berarti 200 x 60.000 = 12 juta. Ini hanya perhitungan sederhana dengan pungli 10 ribu/shack bagaimana apabila 20 ribu/shack tentunya jumlahnya lebih besar lagi.
Padahal dalam beberapa penyampaian baik Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi selalu menyatakan bahwa bantuan bibit itu gratis, tidak boleh ada pungutan sepeserpun namun kenyataan ini berbanding terbalik dengan fakta dilapangan. Hal ini sungguh ironis dimana Bupati Boalemo yang terkenal dengan sebutan “Panglima Petani” seakan tidak dihargai oleh oknum-oknum yang melakukan pungli bahkan terkesan “dilecehkan” oleh oknum tidak bertanggungjawab.
Hal inilah yang diresahkan oleh petani yang ada di Desa Tabongo, dimana pada pembagian bibit jagung (01-10-2018) Petani yang ada di Desa Tabongo melakukan protes dengan adanya permintaan dana Rp. 10.000,-/Shack bagi setiap anggota kelompok tani.
“tidak tau dorang mo bekeng apa ini doi yang dorang ada minta, baru so tidak boleh mo tawar tawar lagi” ujar seorang petani yang tidak mau dipublikasikan identitasnya. Bahkan bila sampai ada yang tidak membayar maka akan di ganti namanya sebagai penerima tambahnya. Atas dasar inilah para petani Desa Tabongo meminta kepada “Panglima Petani “ untuk segera menginstruksikan jajaran dibawahnya melakukan audit.
PPL Desa Tabongo dalam pernyataannya kepada para petani mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menganjurkan kepada ketua kelompok tani untuk memungut biaya pada pembagian bibit jagung bantuan.
Maman.