BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Mantra Suci Tipuan CALEG

Sumba Barat skrinews, Menyambut pesta demokrasi, setiap manusia Memiliki kedudukan yang sama dalam ruang demokrasi yang di atur dalami undang-undang. Sesuai pasal  28D ayat 1 UUD 1945 semua manusia sama di hadapan hukum (equality before the law). Dengan atas nama rakyat pemilu merupakan sistem pemerintah  yang di atur dalam undang-undqng yang membatasi kekuasaan negara terhadap rakyatnya, itulah demokrasi, tanpa ada alibi demokrasi disulap menjadi instrumen  untuk menghipnotis  rakyat dengan sebutan pemegang kedaulatan sesuai pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Walaupun seringkali rakyat sebagai  pemegang kedaulatan kena mantra suci tipuan, para calon.

Pemilihan calon anggota legislatif yang sering kali disingkat CALEG sudah mewarnai  ruang-ruang public yang menggairahkan meskipun semakin meresahkan dan menggelikan. Mantra calon anggota legislative selalu diawali dengan kata “Mohon Doa Restu,” bapak, ibu, saudara-i. Poster dan spanduk mengajak ikut bertepuk tangan, dikemas dengan tebaran mantra ala poltikus  Visi Misi (maf, saya tidak mau sebut politisi) semakin ramai mewarnai jalanan kota dan pedesaan. Ini sudah fenomena nyata dan biasa dalam pesta demokrasi yang menggelikan dan terkadang memalukan.

Beragamnya problematika hidup, mulai dari harga sembako sampai tariff dasar listrik yang tidak terjangkau kini bertambah berat dengan beban batin melihat banyak poster-poter partai yang memansang wajah gagah dan perkasa. Para Calon anggota legislatif dengan enteng memamer dan memajang diri dengan mantra-mantra pejinak rakyat, janji-janji bertebaran sudah menjadi terbiasa di telingah rakyat untuk tercapainya syahwat politik.

Jika suatu saat saudara-i temui hal seperti ini maka bersiap-siaplah tarik nafas dalam-dalam dan menelan ludah sebelum kecewa. Sebab di sudut kiri, terpampang foto wajahnya yang didesain sedemikian rupa agar secara visual tampil rupawan dan cantik memesona.hahahah

Di sebelahnya lagi tertulis deretan gelar akademis, gelar kebangsawanan, gelar  keagamaan, hubungan kekerabatan dengan tokoh parpol dan status sosial lain. Nah, dibagian bawahnya tak lupa dituliskan janji politik sang caleg. Bahkan ada sebuah tulisan yang gagal logika “Berikan bukti bukan janji”.
Mantra berikan bukti tapi janji hanyalah gombalan poltikus, mereka tak lebih seperti  pengelola mal atau pusat perbelanjaan yang suka menggelar obral diskon. Wajar saja jika sering kali kita temui berbagai mantra-mantra suci, dari persoalan inilah ingatan saya kembali pada slah satu actor yang berteriak “Kami tak hanya pandai berikan janji, tapi kami pandai memberikan bukti. Semuanya akan kami tingkatkan, kesehatan, usaha kecil, pangan, dan energi,” Tepuk tangan keras dengan memasang wajah tak berdosa berdatangan dari segerombolan politikus rakus. Semakin banyak janji semakin banyak peluang kemenangan dan semakin banyak beban moral yang akan di pertanggung jawabkan.

Mereka telah memohon, dan rakyat jualah yang akan mengabulkan permohonan itu. Siap-siaplah mendengarkan mantra yang esok waktu akan semakin kencang bunyinya. Kini saatnya kita mesti sadar bahwa kita tak mesti percaya pada janji-janji. Dunia ini  memang menjanjikan: janji tentang kekayaan, keselamatan bahkan rasa cinta yang punya batasan. Tapi ujung-ujungnya mengecewakan.
Oleh:Muh.Akbar Sumba
« PREV
NEXT »