BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

GERAKAN STOP KEKERASAN SEKSUAL KAUM DISABILITAS DI MALANG, AWALI DENGAN SEMINAR


SKRINews-Malang. Acara Seminar dan Talkshow yang dilaksanakan pada hari Minggu (21/4) pukul 08.00 WIB tadi mengusung tema “Manifestasi Gerakan Tanggap Kekerasan Seksual terhadap Kaum Disabilitas”. Acara yang dilaksanakan di Auditorium Rumah Sakit Islam Aisyiyah Kota Malang yang di selenggarakan Oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Malang Komisarian Fakulitas Ilmu Pendidikan Universitas UM ini mengundang salah satu Psikolog dari Himpunan Psikologi (HIMPSI) Malang Raya, yakni Ibu Sayekti Pribadiningtyas, S.Psi, M.Pd Wakil Ketua HIMPSI Cabang Malang sebagai pemateri Seminar. Pembicara lainya adalah Siska Wisnjoto, anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) cabang Malang dan Ina Irawati, Konsultan di WCC Dian Mutiara & pengurus KPuK (Koalisi Perempuan untuk Kepemimpinan).

Materi yang disampaikan Nining begitu panggilan akrabnya mencakup beberapa hal, antara lain; teknik memproteksi terjadinya kekerasan seksual serta dunia remaja dan seksualitas pada umumnya. Nining juga mengulas tentang bentuk-bentuk kekerasan seksual menurut Komnas Perempuan, serta teknik-teknik memproteksi maraknya kekerasan seksual ditinjau dari segi budaya, psikologis, dan komunikasi. Nining mengatakan bahwa ‘kekerasan seksual sebenarnya banyak dilakukan oleh orang dekat korban dan mengetahui persis saat saat yang memungkinkan untuk melakukan aksinya”.  Penyandang disabilitas oleh karena kelemahan secara fisik atau mental rentan terhadap perlakuan manipulatif secara seksual oleh mereka yang lebih kuat. imbuhnya

Dalam paparannya Nining menyampaikan, “penting kiranya melakukan edukasi terhadap orang tua, atau keluarga agar lebih mewaspadai sekaligus mengajarkan pada anggota keluarga disabilitas untuk berani menolak dan berani mengatakan jika terjadi tindak kekerasan seksual”. Adapun bagi pengajar atau guru yang  membimbing disabilitas mental diberikan teknik komunikasi dan isyarat untuk mengatasi saat anak didiknya mengalami dorongan seksual agar tidak tantrum karena penggunaan bahasa yang dipahami secara negatif. Terkait sex education untuk para penyandang disabiltas fisik diberikan pemahaman yg sama secara umum tentang kesehatan reproduksi, resiko sex bebas berupa ims, hepatitis B,hiv/aids, dan abortus.

Selain itu Nining juga membahas tentang dunia remaja dan seksualitas memiliki beberapa topik bahasan antara lain; pengertian pacaran secara umum, ciri-ciri hubungan pacaran yang tidak sehat dan harus segera diakhiri yang termasuk adanya kekerasan seksual di dalamnya, akibat-akibat mengerikan yang akan didapatkan dari hubungan seks yang tidak sehat serta darimana seharusnya remaja belajar mengenai seksualitas. Pada materi kedua ini, Ibu Nining memberikan visualisasi lengkap untuk membantu peserta seminar memahami dengan baik materi yang beliau sampaikan.

Meski materi yang disampaikan Nining terkesan tabu bagi para peserta seminar yang mayoritas masih awam dengan hal-hal tersebut, akan tetapi peserta masih tetap memberikan respon yang sangat positif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesan dan pesan dari beberapa peserta yang mengatakan bahwa “kami mendapatkan banyak sekali ilmu-ilmu baru serta dapat membuka wawasan dari sudut pandang yang berbeda dari materi ibu Nining ini dan kami sendiri menilai bahwa seharusnya topik-topik tentang seksualitas tidak lagi menjadi hal yang tabu dibicarakan di forum umum dan terbuka karena hal tersebut sangat penting bagi pengetahuan masyarakat Indonesia pada umumnya”. Ungkap salah satu panitia Adya khoirun Nisa yang turut menyimak jalannya seminar. Yudi/Ririn.
« PREV
NEXT »