Suaraindonesia1.com_
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) kelompok 81 yang di bimbing oleh Dosen Pembimbing Lapang (DPL) Nur Putri Hidayah, A.Md.,S.H.,M.H., di Desa Sumurber, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Memanfaatkan tumbuhan kelor yang tumbuh banyak di Desa Sumurber. Dengan memanfaatkan daun tumbuhan kelor inilah kelompok PMM 81 menjadikan daun kelor sebagai campuran serta varian pada camilan tradisional yang diproduksi oleh UMKM “Bintang 5 Jaya”.
Sebelumnya, UMKM “Bintang 5 Jaya” merupakan usaha perkumpulan ibu-ibu yang terdiri dari 5 orang. Mereka membuat berbagai macam olahan camilan tradisional seperti kemplang, kuping gajah, dan stik bawang. Dari berbagai macam olahan yang mereka buat, usaha UMKM “Bintang 5 Jaya” ini sudah memberikan berbagai macam varian pada olahan camilan yang mereka buat, mulai dari rasa original, balado, manis, hingga keju. Namun semakin kesini produksi UMKM “Bintang 5 Jaya” tidak lagi beranggotakan 5 orang, namun hanya menyisihkan 3 orang saja, salah satunya adalah ketua UMKM “Bintang 5 jaya” yakni Ibu Rosyidah. Ibu Rosyidah menuturkan bahwa banyak dari ibu-ibu tersebut lebih memilih fokus untuk merawat sawah mereka ketimbang meneruskan produksi camilan tradisional tersebut. Selain itu, adanya virus Covid-19 juga sangat berdampak pada jumlah produksi yang dibuat oleh UMKM “Bintang 5 Jaya” tersebut. Jauh sebelum adanya Covid-19, usaha “Bintang 5 Jaya” ini mendapatkan pesanan serta omset yang tinggi setiap bulan nya. Bahkan lewat penuturan Ibu Rosyidah, usaha tersebut pernah melakukan penolakan akibat banyak nya pesanan yang datang, telebih ketika memasuki bulan Ramadhan. Penolakan tersebut juga diakibatkan kurang nya sumber daya manusia pada usaha tersebut.
Setelah melakukan pengamatan di Desa Sumurber, bahwasanya banyak terdapat pohon kelor yang tumbuh di sana. Memunculkan ide dari kelompok PMM 81 untuk mengajak ibu-ibu UMKM “Bintang 5 Jaya” untuk bersama-sama memanfaatkan daun pohon kelor untuk dijadikan sebagai campuran serta varian pada olahan camilan tradisional. Selama ini, kebanyakan dari masyarakat hanya mengolah daun kelor sebagai campuran masakan sayur bening saja. Setelah melakukan koordinasi dengan Ibu Rosyidah selaku ketua UMKM, Ibu Rosyidah menyambut sangat antusias mengenai ide yang kami berikan. Terlebih memang sudah lama Ibu Rosyidah juga ingin mengembangkan olahan stik bawang dengan campuran daun kelor.
Setelah koordinasi dan persetujuan dari ketua UMKM, kelompok PMM 81 langsung bergegas untuk menyiapkan persiapan bahan pembuatan stik bawang yang kali ini pembuatan nya ditambah dengan campuran daun kelor. Terlebih dahulu kami mencari pohon kelor yang memang keberadaan nya ada di tengah sawah. Kami berkeliling sawah cukup lama untuk menemukan pohon kelor, kami mengambil cukup banyak daun kelor mengingat dalam sekali produksi ibu-ibu tersebut mampu membuat stik bawang hingga 6kg.
Setelah mendapatkan daun kelor, kami menuju ke dapur pengolahan “Bintang 5 Jaya” disana kami membantu para ibu-ibu mulai dari menyiapkan bahan-bahan dasar pembuatan camilan hingga tahap pemasaran. Dalam hal ini proses pembuatan camilan tradisonal masih terbilang cukup tradisional, pasalnya alat-alat yang digunakan masih manual dengan mengandalkan tenaga ekstra para ibu-ibu tersebut. Mereka juga tidak manambahkan bahan pengawet dalam proses pembuatan olahan camilan tradisional mereka.