BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Fadel Daud: HMI Tumbuh karena Kesadaran Kader, Bukan Rekayasa Kekuasaan



Gorontalo, SuaraIndonesia1.com – Pernyataan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang mengaitkan pertumbuhan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan peran kekuasaan, khususnya rezim Orde Baru, menuai respons dari kader-kader HMI di berbagai daerah. Salah satunya datang dari Fadel Daud, Pengurus HMI Cabang Gorontalo yang saat ini juga merupakan peserta Senior Course (SC) di Cabang Palu.


Menanggapi pernyataan Cak Imin, Fadel menilai klaim tersebut menimbulkan kegelisahan di tengah kader-kader hijau hitam di seluruh Indonesia. Menurutnya, penting untuk meluruskan narasi tersebut bukan sekadar membantah, tetapi juga membuka ruang refleksi bersama.


“HMI didirikan pada 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane di tengah pusaran perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ia lahir bukan karena kepentingan rezim, apalagi titipan kekuasaan, tetapi karena kegelisahan intelektual mahasiswa Islam dalam menghadapi tantangan zaman,” tegas Fadel.


Ia menambahkan bahwa dalam NDP (Nilai Dasar Perjuangan), HMI menjadikan Islam dan keindonesiaan sebagai basis geraknya — dua prinsip utama yang tetap relevan hingga hari ini.


Sebagai pengurus cabang yang sedang menapaki jenjang perkaderan tertinggi di tingkat cabang, Fadel menegaskan bahwa sejarah adalah pondasi ideologis yang tidak boleh diseret ke ruang politik praktis.


“Klaim Cak Imin tentang tumbuhnya HMI yang seolah-olah dikondisikan oleh kekuasaan adalah bentuk simplifikasi sejarah yang terlalu terburu-buru. Jika kita membaca dokumen, karya, dan kesaksian tokoh-tokoh HMI lintas generasi, kita justru menemukan bahwa HMI sering kali menjadi oposisi moral terhadap rezim — baik Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi,” ujarnya.


Perkaderan Hari Ini: Masih Tumbuh dengan Wajah Berbeda

Fadel menyoroti bahwa proses tumbuhnya HMI masih berlangsung hingga hari ini, meski dalam tantangan dan wajah yang berbeda. Ia menyebut forum perkaderan seperti LK1, LK2, SC, hingga LK3 masih menjadi ruang dialektika yang penting.


“Perkaderan hari ini bukan sekadar pengulangan forum formalitas, tetapi menjadi ruang penyaringan kualitas kader yang memiliki integritas dan kapasitas,” terang Fadel.


Namun, ia juga mengakui adanya tantangan serius dalam perkaderan masa kini, seperti pragmatisme, orientasi instan, hingga menurunnya kultur intelektual. Menurutnya, jika pernyataan Cak Imin dibaca sebagai kritik sosial, maka hal itu dapat dijadikan bahan refleksi internal.


“Apakah kita benar-benar masih tumbuh sebagai organisasi perjuangan, atau hanya berkembang secara kuantitatif tanpa arah ideologis yang jelas?” tanya Fadel.


Menjaga Independensi dan Daya Juang

Dalam pandangannya, HMI harus tetap menjadi dirinya sendiri: independen, kritis, dan solutif. Ia menolak gagasan bahwa pertumbuhan HMI adalah hasil dari rekayasa kekuasaan.


“Tumbuhnya HMI adalah hasil dari kesadaran kolektif kadernya. Forum-forum perkaderan hari ini adalah bukti nyata bahwa HMI terus melahirkan kader-kader yang berpikir dan bergerak dalam kesadaran ideologis,” tambahnya.


Fadel menutup pernyataannya dengan ajakan kepada seluruh kader untuk tidak bersikap reaktif, namun menjadikan kritik eksternal sebagai bahan evaluasi diri.


“Yang membuat HMI besar bukanlah pujian atau serangan dari luar, melainkan bagaimana kader di dalamnya menjaga idealisme, merawat nilai, dan terus bertumbuh — secara intelektual, spiritual, dan sosial,” pungkas Fadel Daud.


*Oleh: Fadel Daud — Pengurus HMI Cabang Gorontalo & Peserta Senior Course (SC) Cabang Palu*

« PREV
NEXT »