BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Tambang Desa Ibarat Bukan untuk Ditutup, Tapi Butuh Sosialisasi dan Pembinaan



Gorontalo Utara – SuaraIndonesia1.Com

Insiden longsor yang terjadi di lokasi tambang emas Desa Ibarat, Kecamatan Anggrek, Gorontalo Utara, telah menimbulkan keprihatinan mendalam.


Tiga penambang dilaporkan meninggal dunia dalam kejadian tersebut. peristiwa ini mengundang perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan pemerhati lingkungan.


Opan Luawo, sebagai anak penambang juga di Gorontalo Utara, menilai bahwa insiden ini harus menjadi titik balik bagi pemerintah daerah dan aparat penegak hukum dalam melakukan pendekatan yang lebih edukatif dan manusiawi terhadap aktivitas pertambangan rakyat. 



“Ini bukan semata-mata soal penertiban, tapi soal keselamatan dan masa depan keluarga-keluarga yang bergantung pada hasil tambang untuk menyekolahkan anak-anak mereka,” ujar opan luawo.


Menurutnya Opan, tambang emas di Desa Ibarat memiliki luasan yang hanya sebagian kecil, dan sejauh ini merupakan sumber mata pencaharian utama bagi warga sekitar.


“Kita harus melihat dari sisi sosial. Menutup tambang bukan solusi. Yang dibutuhkan adalah memperkuat sosialisasi keselamatan kerja dan pemahaman risiko, bukan mematikan tempat mata pencaharian dan penghidupan masyarakat,” tegasnya.



Opan menyarankan agar pemerintah daerah segera mempercepat proses perizinan tambang di Desa Ibarat. dengan legalitas yang jelas, aktivitas pertambangan dapat diawasi, dibina, dan diarahkan dengan tepat dan baik untuk masyarakat penambang yang ada di kecamatan anggrek. 


“Kalau sudah resmi, semua bisa tertib. Pemerintah bisa masuk memberikan pelatihan, alat keselamatan, serta pembinaan rutin. Penambang pun bekerja dengan tenang,” kata opan luawo.


Ia juga menekankan pentingnya pemerintah desa, aparat hukum, dan instansi teknis untuk turun langsung memberikan edukasi kepada para penambang terkait kondisi medan tambang, cuaca ekstrem, serta cara mengenali tanda-tanda bahaya seperti retakan tanah dan lereng labil.



“Pengetahuan ini bisa menyelamatkan nyawa. Sosialisasi harus jadi rutinitas, bukan sekadar formalitas pascabencana,” ujarnya.


Opan mengusulkan agar dibentuk tim khusus lintas instansi yang bertugas memetakan wilayah tambang, menentukan zona aman, serta menyusun pedoman keselamatan kerja yang mudah dipahami oleh masyarakat.


“Pendekatannya harus persuasif, bukan represif. Beri pemahaman, bukan sekadar larangan,” jelasnya.


Menutup pernyataannya, Opan berharap peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. 


“Kehilangan nyawa adalah luka bersama, bagaimana rasanya menjadi masyarakat yang biasah menambag untuk membutuhkan kehidupan sehari-hari di pertambangan. Tapi di balik itu, kita juga harus menjaga agar masyarakat tetap punya harapan hidup, terutama mereka yang sedang berjuang menyekolahkan anak-anak dari hasil tambang. Sosialisasi adalah jalan terbaik yang paling adil dan bermartabat untuk parah penambang aman untuk bekerja,” pungkas opan luawo



Reporter: Opan Luawo

« PREV
NEXT »