GORONTALO UTARA, suaraindonesia1.com — Ketegangan terjadi di lingkungan civitas akademika Universitas Ichsan Gorontalo Utara (UIGU) setelah beredar kabar bahwa Presiden BEM UIGU diduga mengalami teror melalui pesan WhatsApp. Pelaku yang diduga melakukan teror tersebut disebut-sebut merupakan adik dari Ketua Komisi 3 DPRD Kabupaten Gorontalo Utara.
Sekretaris Jenderal BEM UIGU, Ronaldi Rahman, dalam keterangannya menegaskan bahwa teror yang dialami oleh Presiden BEM UIGU tidak memiliki dasar yang jelas.
“Teror tersebut hanya karena Presiden BEM memposting video berisi pernyataan dari Ketua Komisi 3 di platform Instagram. Ini adalah bentuk nyata dari anti-kritik yang diperlihatkan secara terang-terangan oleh Ketua Komisi 3,” ujar Ronaldi.
Ronaldi juga menilai bahwa tindakan tersebut merupakan upaya untuk membungkam kebebasan berpendapat mahasiswa.
“Sedangkan ketika Ketua Komisi 3 memposting pernyataan yang menyesatkan dan berpotensi memprovokasi publik, kami sama sekali tidak keberatan. Tapi ketika Presiden kami menyampaikan kritik melalui media sosial, justru dibalas dengan teror dan ancaman. Dugaan bahwa Ketua Komisi 3 mempergunakan adiknya untuk menekan suara mahasiswa sudah semakin jelas,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ronaldi menegaskan bahwa BEM UIGU tidak akan tinggal diam atas kejadian ini.
“Kami tidak mempermasalahkan postingan Ketua Komisi 3 di media sosial tentang statement presiden bem yang di anggap menyesatkan rakyat oleh ketua komisi 3, tapi karena Presiden kami sudah diteror, maka kami akan segera melayangkan laporan resmi terkait dugaan pencemaran nama baik dan ancaman terhadap Presiden BEM UIGU,” tegas Ronaldi.
BEM UIGU menilai tindakan intimidatif semacam ini tidak hanya mencoreng etika pejabat publik, tetapi juga mengancam ruang demokrasi di kalangan mahasiswa.
“Kami tetap berkomitmen untuk menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan kebebasan berekspresi di lingkungan akademik. Tidak ada pihak mana pun yang berhak membungkam suara mahasiswa,” tutup Ronaldi.
(Rep/JO)




