GORONTALO, suaraindonesia1.com – Badan Pengelola Latihan (BPL) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gorontalo telah resmi dilantik untuk masa bakti terbaru. Pelantikan ini menjadi momentum penting dalam menegaskan komitmen BPL untuk menjaga kemurnian nilai-nilai kaderisasi HMI di tengah tantangan pragmatisme, degradasi substansi gerakan, serta tarik-menarik kepentingan dalam tubuh organisasi.
Ketua Umum BPL HMI Cabang Gorontalo, Kakanda Fikri Adam, menegaskan bahwa pelantikan BPL bukan sekadar pengisian struktur organisasi, melainkan pengukuhan tanggung jawab ideologis untuk memastikan kaderisasi HMI tetap berjalan sesuai dengan tujuan historis pendiriannya.
“HMI tidak lahir untuk mengelola kenyamanan, apalagi melanggengkan kekuasaan. Sejak awal, HMI hadir untuk membentuk manusia merdeka—merdeka secara berpikir, bersikap, dan bertanggung jawab secara sosial,” tegas Fikri Adam dalam sambutannya.
Ia menyampaikan bahwa tantangan utama organisasi kader saat ini bukan terletak pada minimnya forum atau kader, melainkan pada melemahnya nilai dan kesadaran kritis. Menurutnya, organisasi kerap tampak hidup secara administratif, namun kehilangan ruh perjuangan secara substansial.
“Kita hidup di fase ketika prosedur berjalan, tetapi nilai mulai mati. Forum ada, namun kehilangan dialektika. Inilah tanda krisis serius organisasi kader,” ujarnya.
Fikri Adam menekankan bahwa BPL memiliki posisi strategis sebagai penjaga nilai paling fundamental di HMI, khususnya dalam memastikan kaderisasi tidak berubah menjadi ruang pembungkaman kritik dan penjinakan kesadaran kader.
“Kaderisasi bukan proses mencetak kader yang patuh secara struktural, tetapi membentuk manusia yang merdeka secara kesadaran. Setiap kaderisasi yang mematikan kritik dan menormalisasi kepatuhan buta adalah pengkhianatan terhadap tujuan HMI,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa masuknya kepentingan kekuasaan ke dalam ruang kaderisasi merupakan ancaman serius bagi masa depan organisasi. Oleh karena itu, BPL harus berdiri independen dan berani menjaga jarak kritis dari segala bentuk intervensi kepentingan.
“BPL tidak boleh nyaman dengan kekuasaan. BPL hadir bukan untuk menjaga stabilitas semu, tetapi untuk menjaga kebenaran yang sering kali tidak nyaman,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Fikri Adam juga menegaskan posisi ideologis BPL HMI Cabang Gorontalo yang tidak berpihak pada kepentingan mana pun, selain pada kebenaran yang berlandaskan nilai-nilai dasar HMI.
“BPL hari ini tidak berpihak pada kepentingan apa pun. Keberpihakan BPL adalah keberpihakan pada kebenaran, yaitu nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang menjadi fondasi perjuangan HMI dan Kemurnian nilai dari sebuah kaderisasi,” ujarnya.
Berpijak pada nilai-nilai kultural Gorontalo yang menjunjung tinggi kejujuran, keberanian moral, dan harga diri, BPL HMI Cabang Gorontalo berkomitmen menjadikan kaderisasi sebagai ruang pendidikan kesadaran, kebebasan berpikir, dan penguatan nilai keislaman serta keindonesiaan secara berimbang.
Pelantikan BPL ini sekaligus menjadi pernyataan sikap bahwa HMI Cabang Gorontalo akan terus menjaga kaderisasi yang bernilai, kritis, mandiri, dan berorientasi pada substansi, bukan sekadar rutinitas struktural atau kepentingan jangka pendek.
“Lebih baik BPL berdiri sendirian bersama nilai, daripada berdiri ramai-ramai bersama penyimpangan. Karena pada akhirnya, sejarah yang akan menilai apakah HMI masih melahirkan manusia merdeka, atau justru kader yang pandai beradaptasi dengan ketidakadilan,” pungkas Fikri Adam.
(JO)




