BREAKING NEWS
latest
header-ad

468x60

header-ad

Rayska Moha: Menyulam Rasa di Kanvas, Menyentuh Jiwa Lewat Warna



GORONTALO – Suaraindonesia1, Di sebuah ruang kecil yang sederhana namun penuh warna, terpajang deretan lukisan yang memancarkan kejujuran dan ketulusan rasa. Di balik goresan akrilik itu, berdiri sosok muda penuh semangat bernama Rayska Moha, mahasiswi semester 8 Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Jurusan Seni Rupa dan Desain, Prodi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Teknik.


Rayska bukan hanya sekadar mahasiswa seni. Ia adalah pribadi yang menjadikan lukisan sebagai bahasa jiwanya. Sejak duduk di bangku kelas 5 SD pada tahun 2013, ia telah akrab dengan pensil warna dan buku gambar. Awalnya, menggambar hanyalah hobi untuk mengisi waktu luang. Tapi siapa sangka, hobi sederhana itu kini menjadi jalan hidup yang ia pilih dengan sepenuh hati.


“Sejak kecil saya memang suka dengan hal-hal berbau seni, terutama menggambar dan mewarnai. Dulu cuma untuk mengisi waktu, tapi lama-lama saya sadar bahwa ini lebih dari sekadar hobi. Ini sudah jadi bagian penting dalam hidup saya,” ujar Rayska dengan mata yang berbinar.


Perjalanan seninya terus bertumbuh seiring waktu. Di masa SMP dan SMA, Rayska mulai mencoba berbagai media, dari kertas gambar hingga cat air. Namun, pertemuannya dengan cat akrilik dan media kanvas menjadi titik balik yang paling mengesankan. Dari situ, lahir karya-karya yang tak hanya indah dipandang, tapi juga menyentuh perasaan.


“Waktu mulai pakai cat akrilik di atas kanvas, rasanya beda. Saya merasa lebih bebas mengekspresikan perasaan dan pikiran. Itu momen di mana saya benar-benar merasa seni adalah cara saya berbicara pada dunia,” tutur Rayska, sembari menunjukkan salah satu lukisan favoritnya.


Kini, ia tak lagi bisa menghitung berapa banyak karya yang telah dilahirkannya sejak semester pertama kuliah. Lukisan-lukisan itu menjadi saksi bisu perjalanan batin seorang perempuan muda yang terus mencari makna, mengenal diri, dan menyampaikan cerita lewat warna dan bentuk.


Salah satu momen paling mengharukan dalam perjalanan seninya adalah ketika lukisannya dibeli oleh dosennya sendiri saat pameran seni di Kota Gorontalo. Padahal, banyak yang berminat membeli karya itu. Namun bagi Rayska, memilih dosennya sebagai pemilik lukisan tersebut adalah bentuk penghargaan tersendiri.


“Saya senang karena banyak yang tertarik, tapi saya memilih dosen saya untuk memiliki lukisan itu. Ada rasa bangga dan haru yang tidak bisa saya jelaskan,” kenangnya. Lukisan itu dihargai Rp500.000, bukan nilai yang luar biasa secara materi, tetapi sangat berarti secara emosional.


Meski banyak peminat, Rayska mengaku produksi lukisan yang terbatas membuatnya tak bisa memenuhi semua permintaan. Ia ingin setiap karya yang ia buat memiliki ruh, bukan sekadar diproduksi massal.


“Saya ingin setiap karya saya punya cerita, punya jiwa. Karena buat saya, seni bukan cuma karya, tapi juga cara untuk tumbuh dan berbagi hal-hal positif,” ungkapnya.


Kini, di tengah kesibukannya menyelesaikan tugas akhir, Rayska tetap setia melukis. Bukan untuk kemewahan, tapi untuk sebuah kepuasan batin yang tak bisa dibeli.


Langkah Rayska adalah potret dari bagaimana ketekunan, ketulusan, dan cinta pada seni bisa menjadi cahaya yang menuntun seseorang menemukan jati dirinya. Ia membuktikan bahwa bakat bukan hanya tentang anugerah, tapi juga tentang bagaimana seseorang merawat dan memaknainya dalam perjalanan hidup.


Di akhir perbincangan, Rayska menyampaikan harapan sederhana namun tulus:


“Saya ingin terus belajar, berkembang, dan suatu saat bisa menginspirasi orang lain lewat karya-karya saya. Doakan saja, semoga saya tetap diberi semangat dan kesehatan untuk terus berkarya.”


Dan kita semua pun diam-diam berdoa dalam hati, agar cahaya dari tangan-tangan kreatif seperti Rayska Moha tak pernah padam terus menyala, menginspirasi, dan mewarnai dunia.


Pewarta : Sarton Ishak, S.Pd.SD

« PREV
NEXT »