Gorontalo – SuaraIndonesia1.com – Forum audensi antara pihak Yayasan dengan perwakilan massa aksi yang berlangsung dalam suasana penuh dinamika.
Pertemuan yang dimaksudkan sebagai upaya damai tersebut sempat diwarnai ketegangan, terutama saat berbagai keluhan dilontarkan secara langsung oleh para Kepala Madrasah.
Ketua Yayasan, Yusman Taliki, yang hadir dan memberikan tanggapan, menyatakan bahwa proses pengunduran diri tiga Kepala Madrasah murni merupakan keputusan pribadi masing-masing.
“Saya hanya menindaklanjuti surat pengunduran diri secara kolektif dari ketiga Kepala Madrasah, dan itu sudah saya teruskan ke Kementerian Agama,” ungkap Yusman dengan nada tenang.
Pernyataan tersebut sontak memantik reaksi emosional dari pihak Kepala Madrasah. Mereka menilai, tidak ada kajian ataupun konfirmasi sebelum surat itu diproses, sehingga memicu lahirnya pernyataan terbuka dalam forum.
Kepala MTs, Ibu Jarni, dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca mengungkapkan alasannya memilih mundur.
“Memang pengunduran diri itu benar atau kemauan pribadi saya. Itu saya lakukan karena saya sudah tidak tahan lagi terhadap intervensi ketua yayasan, dimana kami dipaksa untuk buat kegiatan sekolah sementara kami tidak ada anggaran,” tutur Ibu Jarni sambil menitikkan air mata.
Sementara itu, Kepala MA, Ibu Andi Dewi, menuturkan pengalaman serupa. Ia bahkan mengaku harus menanggung biaya kegiatan pendidikan dari kantong pribadi.
“Ketua Yayasan banyak menuntut kegiatan sementara anggaran tidak ada, bahkan sempat saya menanggulangi pelaksanaan ujian pakai dana pribadi. Saya gadaikan 2 BPKB motor untuk tanggulangi itu,” kata Andi Dewi dengan air mata berurai.
Suasana semakin memanas saat Ibrahim Taliki, Kepala MI, menyampaikan pendapatnya. Dengan badan bergetar dan nada tinggi, ia menilai posisi Kepala Madrasah sudah tidak memiliki peran strategis karena seluruh kebijakan ditentukan sepihak oleh Ketua Yayasan.
“Tidak ada gunanya lagi kami sebagai Kepala Madrasah karena semua kebijakan sudah di tangan Ketua Yayasan, jadi lebih baik mundur saja,” tegas Ibrahim dengan penuh amarah.
Ketegangan itu bahkan mengharuskan aparat kepolisian yang hadir untuk mengawal jalannya forum, menjaga situasi tetap terkendali di dalam ruangan audensi.
Dari unsur masyarakat, Arfan Salam turut menyampaikan pandangan. Ia menilai bahwa hubungan pengurus Yayasan sudah tidak harmonis, sementara fungsi pengawasan juga melemah.
“Dalam lembaga ini mungkin sudah tidak ada kecocokan lagi antara pengurus, dan fungsi pengawasan lemah tidak berjalan sehingga terjadi miskomunikasi. Harapan kami, untuk sementara waktu Ketua Yayasan tidak mengambil kebijakan apapun, dengan alasan SK sebagai ketua sudah berakhir. Segera buat pertemuan dengan pengurus lainnya untuk membahas kepengurusan yayasan ke depannya,” jelas Arfan Salam.
Menutup jalannya audensi, Yusman Taliki kembali menyampaikan komitmennya untuk menindaklanjuti seluruh aspirasi yang telah disampaikan, termasuk dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“Kami akan segera menindaklanjuti apa yang menjadi aspirasi massa aksi, dengan melibatkan stakeholder yang ada,” pungkas Yusman.
Audensi yang digelar dalam suasana formal tersebut meninggalkan catatan penting bagi keberlangsungan lembaga pendidikan. Diharapkan pertemuan lanjutan dapat segera digelar, agar persoalan internal Yayasan dapat diselesaikan melalui musyawarah, sehingga proses pendidikan tidak terganggu dan tetap berjalan sebagaimana mestinya.