SUARAINDONESIA1.COM– Dunia olahraga pelajar di Manggarai Timur kembali tercoreng. Kali ini, kebobrokan nyata ditunjukkan oleh SMAN 6 Kota Komba bersama panitia atletik dari Pemkab Matim yang lalai dan abai dalam mendampingi atlet berbakatnya sendiri.
Kasus ini menimpa Clarita, siswi SMAN 6 Kota Komba yang dikenal sebagai spesialis lari dengan prestasi mentereng, termasuk menjuarai ajang O2SN antar sekolah se-Kabupaten Matim. Ironisnya, saat Kejurda Atletik tingkat provinsi digelar, namanya justru tidak masuk daftar cabang lari. Alasannya sungguh memalukan: terjadi “salah input nama” oleh panitia.
Kesalahan fatal ini memperlihatkan dua hal:
1. Panitia Pemkab Matim bekerja secara asal-asalan dan tidak profesional.
2. Guru pembimbing SMAN 6 Kota Komba gagal total dalam memperjuangkan hak siswanya.
Akibat kelalaian itu, Clarita terpaksa bertanding di cabang yang sama sekali bukan bidang latihannya. Namun, meski dipaksa bertarung di luar kemampuan aslinya, Clarita tetap mampu menyabet satu medali emas dan satu perunggu. Prestasi luar biasa ini justru menjadi bukti betapa besarnya potensi yang diabaikan oleh pihak sekolah dan panitia.
“Bagaimana mungkin sekolah dan panitia bisa membiarkan hal ini terjadi? Anak kami jago lari, tapi justru tidak didaftarkan di cabang itu. Ini jelas kelalaian yang mencoreng nama baik daerah,” (24/08/2025) tegas salah satu orang tua atlet dengan penuh kecewa.
Lebih menyakitkan lagi, guru pembimbing SMAN 6 Kota Komba sama sekali tidak bersuara dan tidak mengawal proses pendaftaran. Padahal, tugas utama mereka adalah memastikan anak didiknya mendapatkan tempat yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Diamnya para guru pembimbing ini memperlihatkan betapa lemahnya tanggung jawab dan kepedulian mereka terhadap talenta siswa.
Publik kini mulai geram. Banyak yang menilai bahwa SMAN 6 Kota Komba dan panitia atletik Pemkab Matim bukan hanya lalai, tapi juga telah merampas kesempatan emas anak-anak berprestasi. Jika di cabang yang salah saja Clarita bisa raih medali, bagaimana bila ia tampil di cabang lari yang memang menjadi spesialisasinya? Bisa jadi Manggarai Timur sudah membawa pulang medali lebih banyak.
Kegagalan ini menambah catatan kelam manajemen olahraga pelajar di Matim. Mulai dari beberapa kegiatan yang terabaikan hingga atlet salah cabang, semuanya menunjukkan satu hal, ketidakseriusan dan lemahnya kepemimpinan sekolah serta panitia dalam mengelola potensi generasi muda.
Kini publik menanti langkah tegas. Apakah Pemkab Matim berani mengevaluasi panitia dan menegur pihak SMAN 6 Kota Komba? Ataukah semua ini akan kembali ditutup-tutupi, membiarkan talenta anak-anak Manggarai Timur terus dikorbankan oleh kelalaian orang dewasa?
**** SI ****