Pohuwato - SuaraIndonesia1.com, Di tengah hiruk pikuk Kabupaten Pohuwato, nama Haji Suci sering terdengar sebagai sosok yang murah hati. Setiap minggu melalui program, Jumat Berkah, ia rutin membagikan bantuan kepada masyarakat. Pada sebuah event Road Race Pohuwato, ia pun mengambil kesempatan sebagai sponsor utama. Dari kacamata banyak orang, figur ini hadir sebagai dermawan anak tambang, seolah membawa semangat kebaikan di tengah masyarakat.
Namun, Ketua Macan Asia Provinsi Gorontalo, Kamarudin Kasim, justru melihat wajah lain yang lebih pahit. Ia menyebut kedermawanan itu hanyalah kamuflase akal bulus.
“Di balik donasi dan acara sosial, sesungguhnya ada praktik perampokan hasil alam Pohuwato yang dilakukan dengan alat berat terbanyak,” ungkapnya pada Kamis (25/09/2025).
Kritiknya bukan tanpa alasan. Pohuwato kini tengah menghadapi persoalan serius akibat aktivitas tambang emas skala besar yang dikerjakan tanpa kendali. Sungai-sungai yang dahulu jernih kini mulai keruh oleh sedimentasi. Lahan pertanian di hilir kehilangan kesuburannya. Desa-desa di sekitar tambang menyaksikan perubahan drastis yang mengancam keberlanjutan hidup mereka.
Ironinya, di saat warga di hilir resah dengan air yang tak lagi bersih, di pusat keramaian Haji Suci disambut bak pahlawan karena aksi-aksi sosialnya. Sebuah kontras yang sulit diabaikan: kerusakan di satu sisi, pencitraan di sisi lain.
Kamarudin menilai, event road race hanyalah upaya untuk mengalihkan pandangan masyarakat dari persoalan tambang.
“Hiburan ini dikemas agar Haji Suci bisa diterima lebih mudah oleh publik, padahal tujuan akhirnya adalah legitimasi sosial,” jelasnya.
Bagi Macan Asia, kedermawanan seperti itu bukanlah bentuk kepedulian sejati, melainkan strategi untuk melanggengkan praktik tambang yang merusak.
“Kebaikan yang hanya menutupi keburukan, sejatinya adalah tipu daya. Dan masyarakat harus lebih kritis membaca situasi ini,” tegas Kamarudin.
Lebih jauh, ia juga menyinggung adanya pihak-pihak yang disebut ikut menjadi “tameng” bagi Haji Suci. Menurutnya, sulit membayangkan aktivitas tambang berskala besar bisa berjalan tanpa dukungan dari aktor-aktor tertentu.
“Macan Asia akan segera membongkar siapa saja yang berada di belakang dan membackup Haji Suci saat ini. Rakyat berhak tahu siapa sebenarnya yang bermain,” kata Kamarudin.
Kini, pertanyaan besar muncul di tengah publik, apakah kita akan terus terbuai dengan aksi sosial sesaat, atau berani melihat kenyataan bahwa ada perampokan alam yang sedang berlangsung, Kamarudin menutup pesannya dengan ajakan agar masyarakat Pohuwato bersatu menjaga alam.
“Jangan biarkan anak cucu kita hanya mewarisi lubang-lubang besar dan sungai keruh. Dermawan sejati bukan yang meninggalkan luka di tanah kita,” pungkasnya.