Oleh: Fahrul Wahidji
BONE BOLANGO, suaraindonesia1.com — Kabupaten Bone Bolango saat ini berada di persimpangan jalan. Bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga menyangkut stabilitas sosial dan integritas pemerintahan yang terancam oleh serangkaian konflik tersembunyi. Dalam situasi genting ini, kepemimpinan trio eksekutif—Bupati Ismet Mile, Wakil Bupati Risman Tolingguhu, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Iwan Mustapa—disebut sebagai kunci fundamental untuk meredam gelombang kekacauan dan mengembalikan marwah pemerintahan.
Kekuatan Tak Terlihat dan Badai Konflik KKN
Beberapa waktu terakhir, Bone Bolango dihadapkan pada konflik internal yang bukan saja melibatkan isu politik, tetapi juga masalah akut Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Isu ini diperparah dengan keberadaan kekuatan tak terlihat (invisible hand) yang disinyalir beroperasi di balik layar. Kekuatan ini—yang mungkin berasal dari kepentingan bisnis, politik luar, atau faksi internal yang merasa terancam—bekerja secara sistematis untuk menggoyahkan stabilitas daerah demi keuntungan pribadi atau kelompok.
Dampak dari ulah invisible hand ini sangat nyata: kebijakan publik terganggu, program pembangunan melambat, dan yang paling parah, kepercayaan rakyat terhadap birokrasi menurun drastis. Lingkungan pemerintahan menjadi sarat kecurigaan, friksi, dan ketidakpastian, yang pada akhirnya merugikan seluruh lapisan masyarakat.
Stabilitas sebagai Solusi: Meredam Kekacauan
Dalam menghadapi serangan sporadis dari kekuatan-kekuatan perusak ini, isu stabilitas bukanlah sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan mutlak. Stabilitas di sini mencakup tiga aspek penting: stabilitas politik antar-pimpinan, stabilitas birokrasi, dan stabilitas keamanan publik. Hanya dengan tiga pilar stabilitas ini, Pemerintah Daerah dapat fokus bekerja, mengambil keputusan yang berani, dan melindungi good governance dari intrik pihak luar.
Jika pemerintahan terus disibukkan oleh konflik internal dan isu-isu KKN yang dibiarkan membesar, maka energi untuk melayani rakyat akan terkuras habis. Stabilitas adalah tameng untuk mencegah perpecahan dan memastikan Bone Bolango tetap berada di jalur pembangunan yang benar.
Peran Kritis Trio Kepemimpinan dan Gerakan Pemuda
Menyadari bahaya yang mengintai, Pemuda Bone Bolango tidak bisa lagi berdiam diri. Mereka memiliki tanggung jawab moral untuk bergerak aktif mencegah eskalasi konflik, menjadi mata dan telinga pemerintah, sekaligus pengawas kritis. Gerakan pemuda harus menjadi katalisator bagi persatuan, menolak segala bentuk adu domba yang dihembuskan oleh invisible hand.
Dalam konteks ini, penting bagi Bupati Ismet Mile, Wakil Bupati Risman Tolingguhu, dan Sekda Iwan Mustapa untuk segera berembuk serius. Pertemuan tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan momen krusial untuk menyamakan visi, merapatkan barisan, dan mencari solusi konkret. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:
1. Konsolidasi Internal — Memastikan birokrasi berada di bawah satu komando yang solid, menindak tegas oknum KKN, dan memutus rantai invisible hand yang masuk ke dalam sistem.
2. Transparansi Publik — Secara terbuka menyampaikan langkah-langkah yang diambil untuk meredam konflik, sehingga meredakan spekulasi dan membangun kembali kepercayaan masyarakat.
3. Fokus Pelayanan — Mengembalikan semua perhatian pada pelayanan dasar dan program prioritas rakyat.
Kembali ke Koridor
Tujuan akhir dari konsolidasi ini adalah memastikan bahwa rakyat Bone Bolango dan pemerintahan harus kembali ke koridornya. Pemerintah harus fokus pada fungsi pelayanan dan pembangunan, sementara rakyat kembali merasakan ketenangan, kepastian hukum, dan hasil nyata dari pajak yang mereka bayarkan.
Tanpa kesamaan langkah dan komitmen kolektif dari Ismet–Risman–Iwan, Bone Bolango akan terus rentan terhadap serangan dari kekuatan perusak. Stabilitas adalah investasi terbaik saat ini. Waktunya bertindak tegas, bukan lagi beretorika.
Rep: JO


